Puisi: Angin, Mendesir Lagi (Karya Abdul Hadi WM)

Puisi "Angin, Mendesir Lagi" mengajak pembaca untuk merenung tentang keterhubungan antara alam dan manusia serta kompleksitas perasaan yang ada di ...
Angin: Mendesir Lagi

Angin; mendesir lagi
Hampir mengantuk
Ada sepi
Berbisik di dahan-dahan pohon
Lagi tahu, gerimis turun

Di luar kamar yang tembaga
Di luar rongga kata
Engkau gemetar karena musim
Cemas dalam kata
Dan tahu: ada yang tiada
Bangkit di jendela

Dan mungkin: senja.

1968

Sumber: Horison (Mei, 1970)

Analisis Puisi:

Puisi "Angin, Mendesir Lagi" karya Abdul Hadi WM menggambarkan suasana alam yang tenang namun penuh dengan perasaan kegelisahan dan kecemasan. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna, Abdul Hadi WM menciptakan sebuah gambaran tentang kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian dan kehadiran yang hilang.

Gambaran Alam yang Menyampaikan Emosi: Puisi ini menggunakan gambaran alam, terutama angin dan hujan, untuk menyampaikan emosi yang terjadi dalam diri penyair. Angin yang "mendesir lagi" dan hujan yang turun menjadi metafora dari suasana hati yang gelisah dan keadaan alam yang suram.

Kesunyian dan Kegelisahan: Suasana sepi dan sunyi di dalam puisi menciptakan aura ketenangan yang terganggu oleh kegelisahan yang dirasakan oleh penyair. Kegelisahan ini tercermin dari kata-kata "engkau gemetar karena musim" yang menggambarkan perasaan takut dan cemas dalam menghadapi perubahan.

Kehilangan dan Ketenangan yang Terusik: Ada kesan kehilangan dan kekosongan yang terasa melalui kata-kata "ada yang tiada" yang muncul di dalam puisi. Kehadiran yang hilang ini mengganggu ketenangan yang seharusnya ada di dalam suasana alam.

Keterhubungan Antara Alam dan Manusia: Puisi ini menunjukkan keterhubungan antara kondisi alam dan perasaan manusia. Suasana alam yang suram dan hujan yang turun mencerminkan kegelisahan dan ketidakpastian yang dirasakan oleh manusia di dalamnya.

Ketidakpastian dan Keabadian Senja: Penutup puisi yang menyebutkan kemungkinan tentang senja menunjukkan adanya harapan dan keindahan di tengah-tengah kegelapan dan ketidakpastian. Senja, sebagai simbol perubahan dan keabadian, memberikan sedikit sinar harapan di tengah-tengah kegelapan yang dirasakan.

Puisi "Angin, Mendesir Lagi" adalah sebuah penggambaran tentang kegelisahan dan kecemasan dalam suasana alam yang suram dan sunyi. Dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun kuat, Abdul Hadi WM berhasil menyampaikan perasaan kekosongan, ketidakpastian, dan harapan yang ada di dalam diri manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang keterhubungan antara alam dan manusia serta kompleksitas perasaan yang ada di dalam diri manusia.

Puisi: Angin, Mendesir Lagi
Puisi: Angin, Mendesir Lagi
Karya: Abdul Hadi WM

Biodata Abdul Hadi WM:
  • Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
  • Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.