Puisi: Baitul Makdis, pada Malam Israk (Karya Abdul Hadi WM)

Puisi "Baitul Makdis, pada Malam Israk" karya Abdul Hadi WM merenungkan peristiwa dan makna di sekitar malam Israk dan Mikraj, perjalanan ...
Baitul Makdis,
Pada Malam Israk


Kita tunggu gemintang, mengerdipkan matanya lembut
kita tunggu angin mencecah arusnya kencang
suara laut di bawah benua dan cuaca
yang membersihkan tanah-tanah di dataran Palestina
dan sejuta suara bagai lonceng berdencang ramai
di mesjid itu, suara para nabi. Terasa waktu
menanti cuaca tiba

Apakah yang bakal terjadi
di benua kita?
di jazirah hitam ini
di mana para rasul dan nabi
diburu dan dibunuh
oleh orang-orang kerdil
dari tengah benua?

Muhammad! Lempangkanlah jalan kami
yang dahulu

(Gaib arwah rasul dan nabi mengucap salam
waktu shalat selesai) dan di relung jagad
yang risau
kerdip gemintang memutih
sampai juga ke negeri masyrik.

1970

Sumber: Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)

Analisis Puisi:
Puisi "Baitul Makdis, pada Malam Israk" karya Abdul Hadi WM adalah sebuah karya sastra yang merenungkan peristiwa dan makna di sekitar malam Israk dan Mikraj, perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan perasaan dan pikirannya tentang peristiwa tersebut.

Judul Puisi: Judul puisi ini merujuk kepada dua peristiwa penting dalam Islam, yaitu Israk (perjalanan malam Nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa) dan Mikraj (perjalanan Nabi Muhammad ke langit). Judul ini menunjukkan bahwa puisi ini berkaitan dengan perjalanan spiritual dan keagamaan yang signifikan dalam Islam.

Menggunakan Gambaran Alam: Penyair menggunakan gambaran alam seperti gemintang, angin, dan laut untuk menciptakan suasana yang khusyuk dan spiritual. Gambaran alam ini menggambarkan keajaiban alam semesta yang menciptakan suasana yang tepat untuk perjalanan spiritual.

Sentimen Keagamaan dan Spiritual: Puisi ini dipenuhi dengan sentimen keagamaan dan spiritual. Penyair menunggu dengan penuh kerinduan untuk peristiwa Israk dan Mikraj, yang merupakan momen penting dalam sejarah Islam. Dia juga merenungkan peristiwa yang terjadi di dataran Palestina, tempat banyak rasul dan nabi diburu dan dibunuh, menunjukkan kesedihan dan keprihatinannya terhadap peristiwa tersebut.

Permohonan untuk Lempangkan Jalan: Pada akhir puisi, penyair memohon agar jalan yang telah ditempuh oleh nabi dan rasul sebelumnya, termasuk Nabi Muhammad, dapat ditempuh kembali. Ini mencerminkan harapan dan doa untuk melanjutkan perjalanan spiritual dan mendapatkan keberkahan.

Simbolisme Gemintang: Gemintang dalam puisi ini dapat diartikan sebagai cahaya dan petunjuk. Gemintang yang mengerdipkan matanya lembut adalah metafora untuk petunjuk Ilahi yang hadir dalam malam Israk dan Mikraj.

Kedalaman Makna: Puisi ini memiliki kedalaman makna yang dalam. Penyair merenungkan perjalanan spiritual dan keagamaan yang memiliki signifikansi besar dalam Islam. Dia juga mencerminkan keprihatinannya terhadap kondisi di dataran Palestina dan berharap agar jalan yang telah ditempuh oleh nabi dan rasul terdahulu dapat membawa berkah dan kebaikan.

Puisi "Baitul Makdis, pada Malam Israk" adalah sebuah karya yang merenungkan perjalanan spiritual dan makna keagamaan yang mendalam. Penyair menggambarkan perasaan dan pikirannya dengan indah melalui bahasa dan gambaran alam, menciptakan atmosfer yang khusyuk dan memohon petunjuk dari Allah SWT.

Puisi: Baitul Makdis, Pada Malam Israk
Puisi: Baitul Makdis, pada Malam Israk
Karya: Abdul Hadi WM

Biodata Abdul Hadi WM:
  • Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
  • Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.