Puisi: Kembali Tak Ada Sahutan di Sana (Karya Abdul Hadi WM)

Puisi "Kembali Tak Ada Sahutan di Sana" menggambarkan ketidakpastian, kehancuran, dan harapan dalam kehidupan yang penuh dengan kebohongan dan teror.
Kembali Tak Ada Sahutan di Sana

Kembali tak ada sahutan di sana
Ruang itu bisu sejak lama dan kami gedor terus pintu-pintunya
Hingga runtuh dan berderak menimpa tahun-tahun
penuh kebohongan dan teror yang tak henti-hentinya

Hingga kami tak bisa tinggal lagi di sana
memerah keputusasaan dan cuaca

Demikian kami tinggalkan janji-janji gemerlap
itu dan mulai bercerai-berai
Lari dari kehancuran yang satu ke kehancuran lainnya
Bertikai memperebutkan yang tak pernah pasti dan ada
Dari generasi ke generasi

Menenggelamkan rumah sendiri
ribut tak henti-henti

Hingga kautanyakan lagi padaku
penduduk negeri damai macam apa kami ini
raja-raja datang dan pergi seperti sambaran kilat dan api
dan kami bangun kota kami
dari beribu mati. Tinggi gedung-gedungnya
di atas jurang dan tumpukan belulang
Dan yang takut mendirikan menara sendiri
membusuk bersama sepi

Demikian kami tinggalkan janji-janji gemerlap
itu dan matahari 'kan lama terbit lagi.
1981

Sumber: Horison (November 1984)

Analisis Puisi:
Puisi "Kembali Tak Ada Sahutan di Sana" adalah sebuah puisi karya Abdul Hadi WM yang menggambarkan betapa bisu dan tak terdengar suara yang ada di suatu ruang. Puisi ini menggambarkan penderitaan dan kehampaan yang dialami oleh pencipta puisi.

Puisi ini juga mengungkapkan kesedihan dan kekecewaan yang dialami oleh pencipta puisi ketika ia kembali ke suatu tempat yang sebelumnya menjadi tempat berkumpulnya bersama para sahabatnya. Abdul Hadi WM seolah ingin menyampaikan betapa ia masih berharap bahwa suara sahabat-sahabatnya akan kembali ke tempat tersebut.

Puisi "Kembali Tak Ada Sahutan di Sana" karya Abdul Hadi WM menghadirkan beberapa hal menarik, antara lain:
  1. Keadaan keheningan dan kebisuan: Puisi ini menggambarkan sebuah ruang yang sunyi dan tidak ada sahutan. Keadaan ini menggambarkan keheningan yang telah berlangsung lama, mengisyaratkan kehilangan komunikasi dan interaksi yang memadai.
  2. Runtuhnya harapan dan kebohongan: Puisi ini menyampaikan pengalaman tahun-tahun yang penuh dengan kebohongan dan teror yang tak henti-hentinya. Hal ini menggambarkan kekecewaan dan keruntuhan harapan yang ada, serta pengaruh negatif dari masa lalu yang terus membayangi.
  3. Perpisahan dan kehancuran yang berkesinambungan: Puisi ini menggambarkan tindakan perpisahan dari janji-janji gemerlap dan bergeser dari satu kehancuran ke kehancuran lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kepastian dan ketenangan yang abadi, melainkan keadaan konstan berubah dan tidak menentu.
  4. Tanya jawab dan kebingungan: Puisi ini menghadirkan tanya jawab yang ditujukan kepada pembaca, menanyakan jenis penduduk yang ada di negeri damai. Hal ini menunjukkan kebingungan dan keraguan dalam mencari identitas dan tempat di dalam kehidupan yang penuh dengan kehancuran dan ketidakpastian.
  5. Harapan terhadap kembalinya matahari: Puisi ini menutup dengan harapan bahwa matahari akan terbit kembali. Hal ini bisa diartikan sebagai harapan akan kebangkitan dan pemulihan setelah periode kegelapan dan kehancuran.
Puisi "Kembali Tak Ada Sahutan di Sana" menggambarkan ketidakpastian, kehancuran, dan harapan dalam kehidupan yang penuh dengan kebohongan dan teror. Ia mengeksplorasi pengalaman manusia yang terjebak dalam siklus kehancuran dan mencari pemulihan serta kepastian di tengah-tengah kebingungan dan keheningan.

Puisi: Kembali Tak Ada Sahutan di Sana
Puisi: Kembali Tak Ada Sahutan di Sana
Karya: Abdul Hadi WM

Biodata Abdul Hadi WM
  • Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
  • Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.