Puisi: Madura (Karya Abdul Hadi WM)

Puisi "Madura" bukan hanya sebuah deskripsi tentang tanah air, tetapi juga sebuah perenungan yang mendalam tentang kehidupan, spiritualitas, dan ...
Madura

    Angin pelan-pelan bertiup di pelabuhan kecil itu
    ketika tiba, dengan langit, pohon, terik, kapal
    dan sampan yang tenggelam di pintu cakrawala
    Selamat pagi tanah kelahiran
    Sebab aku tak menghitung untuk ke berapa kali
    Kapan saat menebal pada waktu
    Sebab aku tahu yang paling berat adalah rindu
    Sangsi selalu melagukan hasrat dan impian-impian
    Dan adakah yang lebih nikmat daripada bersahabat
        dengan alam, dengan tanah kelahiran, dan
        dengan kerja serta dengan kehidupan?
    Aku akan mengatakan, tapi tidak untuk yang penghabisan:

Ketenangan Selat Kamal
adalah ketenangan hatiku
membuang pikiran dangkal
yang mengganggu sajakku

kurangkul tubuh alam
seperti mula kelahiran Adam
sedang sesudah mengembara
baiklah kita rahasiakan

dari perjalanan ini
aku membawa timbun puisi
bahwa aku selalu asyik mencari
keteduhan mimpi

kebiruan Selat Kamal
adalah kebiruan sajakku
dan terasa hidup makin kekal
sesudah memusnah rindu


bertemu segala milik dan hak
dalam cinta dan sajak
noktah-noktah berdebu di bersihkan
di kedua tangan

kuberi pula salam sayup
kepada pantai yang berbatas pasir
dan langit yang mulai redup
pada waktu sajak lahir

Kedangkalan Sungai Sampang
adalah kedangkalan hatiku
menimbang hidup terlalu gamang
dan di situ ketergesaan mengganggu

dan terlalu tamak
dengan kesempurnaan
dengan sesuatu yang bukan hak
dengan kejemuan

tetapi sekali saat tiba juga
pada suatu tempat
tanpa petunjuk siapa-siapa
asal kita bersempat

mengerti juga kenapa kiambang
bertaut sepanjang sungai
dengan belukar dan kembang-kembang
sebelum kita sampai ke dasar dan muaranya

Diamnya Sungai Sampang
adalah diamnya sajakku
sekali waktu banjir datang
sekali waktu airnya biru

dan bertetap tujuan
ke suatu muara
yang berasal dari suatu daerah pegunungan
untuk sumber pertama

Kerendahan Bukit Payudan
adalah kerendahan hatiku
menerima nasib dalam kehidupan
di atas kedua bahu

sesekali pernah kita
tidak tahu tentang kelahiran
dan bertakut menjadi tua
karena ancaman kematian

Keramahan Bukit Payudan
adalah keramahan sajakku
untuk mengerti kepastian
yang lebih keras dari batu

sesekali pernah kita
tidak tahu ke mana mengembara
kemudian muncul kembali di tanah kesayangan
dengan kehampaan di tangan

tak seorang menyambut datang
tak seorang menanti pulang
tak seorang menerima lapang
atau membacakan tembang-tembang

dan kesia-siaan begini
akan selalu kualami
namun tak selalu kusesali
sebab kubenam sebelum jadi

Keterpencilan desa Pasongsongan
adalah keterpencilan hatiku
sebelum memulai perjalanan
ke jauh kota dan pulau

tapi keabadian lautnya kini
telah mengembalikan cintaku
tanah yang pernah tersia sebelum dimengerti
dan ditinggalkan rasa kebanggaanku

dan sebagai anak manusia
sekali aku minta istirah mengembara
berhenti membuat puisi yang mendera
dan berhenti memikat dara-dara

sebab di sinilah tumpahnya
darah kita pertama
dan terakhir berhentinya
mengaliri nadinya.

1967

Sumber: Horison (Agustus, 1968)

Analisis Puisi:

Puisi "Madura" karya Abdul Hadi WM adalah sebuah karya yang menggambarkan keindahan dan kekayaan alam serta kehidupan di Madura. Dengan bahasa yang indah dan gambaran yang kaya, penyair membawa pembaca dalam perjalanan spiritual dan refleksi tentang kedalaman kehidupan.

Hubungan dengan Alam dan Tanah Kelahiran: Puisi ini menciptakan hubungan yang kuat antara penyair dengan alam dan tanah kelahirannya, Madura. Penyair merenungkan keindahan dan kedamaian alam, seperti Selat Kamal, Sungai Sampang, Bukit Payudan, dan desa Pasongsongan. Alam menjadi sumber inspirasi dan kedamaian, serta menjadi cermin bagi kehidupan manusia.

Refleksi Spiritual: Dalam perjalanan fisik dan spiritualnya, penyair merenungkan tentang kehidupan, keterpencilan, kesia-siaan, keramahan, dan keabadian. Puisi ini menjadi meditasi tentang eksistensi manusia, tantangan hidup, dan pencarian makna yang mendalam.

Kedalaman Emosi dan Spiritual: Puisi ini menggambarkan perjalanan batin penyair dalam meresapi keindahan alam Madura, melalui pengalaman kehidupan dan refleksi spiritual. Ada nuansa kesendirian, keheningan, dan penerimaan diri yang terdalam yang tercermin dalam bait-bait puisi ini.

Kecintaan pada Tanah Air: Penyair menunjukkan cintanya pada tanah airnya, Madura, melalui penggambaran alam dan kehidupan sehari-hari di sana. Puisi ini bukan hanya sebuah deskripsi visual, tetapi juga sebuah perenungan yang mendalam tentang identitas, sejarah, dan kehidupan masyarakat Madura.

Keindahan Bahasa dan Imaji: Abdul Hadi WM menggunakan bahasa yang indah dan imaji yang kaya untuk menggambarkan kekayaan alam dan kehidupan di Madura. Metafora dan gambaran alam yang digunakan membawa pembaca pada perjalanan yang penuh warna dan emosi.

Puisi "Madura" bukan hanya sebuah deskripsi tentang tanah air, tetapi juga sebuah perenungan yang mendalam tentang kehidupan, spiritualitas, dan keindahan alam. Melalui bahasa yang indah dan imaji yang kaya, penyair berhasil menggambarkan kekayaan alam dan kehidupan di Madura, serta mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan kedalaman spiritual.

Puisi: Madura
Puisi: Madura
Karya: Abdul Hadi WM

Biodata Abdul Hadi WM
  • Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
  • Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.