Puisi: Pengemis (Karya Ali Hasjmy)

Puisi "Pengemis" karya Ali Hasjmy menggambarkan kondisi sosial yang sulit dan penuh penderitaan yang dialami oleh pengemis.
Pengemis

Beri hamba sedekah, o tuan,
Belum makan dari pagi,
Tolonglah patik, wahai tuan,
Seteguk air, sesuap nasi.

Lihatlah, tuan, nasib kami,
Tiada sanak, tiada saudara,
Pakaian di badan tidak terbeli,
Sepanjang jalan meminta-minta.

Lihatlah, tuan, untung kami,
Pondok tiada, huma tiada,
Pakaian di badan tidak terbeli,
Sepanjang jalan meminta-minta.

Bukan salah bunda mengandung,
Buruk suratan tangan sendiri,
Sudah nasib, sudah untung,
Hidup malang hari ke hari.

O, tuan, jangan kami dicibirkan,
Jika sedekah tidak diberi,
Cukup sudah sengsara badan,
Jangan lagi ditusuk hati...

Sumber: Dewan Sajak (1938)

Analisis Puisi:
Puisi "Pengemis" karya Ali Hasjmy adalah ungkapan dari sudut pandang seorang pengemis yang memohon belas kasihan dan sedekah dari orang lain. Puisi ini menggambarkan kondisi sosial yang sulit dan penuh penderitaan yang dialami oleh pengemis.

Tema Kemiskinan dan Penderitaan: Tema utama dalam puisi ini adalah kemiskinan dan penderitaan. Penyair menggambarkan bagaimana seorang pengemis hidup dalam kondisi yang sangat sulit, di mana dia tidak memiliki makanan, tempat tinggal, atau pakaian yang layak.

Permohonan Belas Kasihan: Puisi ini adalah permohonan pengemis kepada seseorang yang disebut sebagai "tuan" untuk memberikan sedekah. Pengemis memohon seteguk air dan sesuap nasi sebagai bentuk bantuan dari orang yang diajak bicara. Permohonan ini mencerminkan keputusasaan dan ketergantungan pengemis pada belas kasihan orang lain.

Kesengsaraan Hidup: Puisi ini mencirikan kesengsaraan hidup seorang pengemis, yang merasa tidak memiliki sanak keluarga atau saudara yang dapat membantunya. Pengemis tersebut merasa terlunta-lunta dan tidak memiliki pilihan selain meminta-minta.

Penampilan dan Kehidupan Jalanan: Penyair juga menggambarkan penampilan dan kehidupan jalanan seorang pengemis. Mereka tidak mampu membeli pakaian yang layak, dan hidup mereka terbatas pada berjalan-jalan meminta-minta sepanjang hari.

Pemahaman terhadap Kondisi Manusia: Meskipun pengemis meminta sedekah, dia juga memahami bahwa tidak semua orang akan memberikan bantuannya. Dia berharap agar tidak dicibirkan atau dihina oleh orang-orang yang tidak memberikan bantuan, karena dia sudah merasakan cukup penderitaan dalam hidupnya.

Puisi "Pengemis" adalah potret yang mengharukan tentang kondisi kemiskinan dan penderitaan yang dihadapi oleh seorang pengemis. Melalui puisi ini, penyair mencoba membawa pemahaman dan empati terhadap kehidupan yang sulit ini dan meminta belas kasihan bagi mereka yang kurang beruntung.

Ali Hasjmy
Puisi: Pengemis
Karya: Ali Hasjmy

Biodata Ali Hasjmy:
  • Prof. Ali Hasjmy lahir di Lampaseh, Aceh Besar dengan nama lengkap Muhammad Ali Hasyim pada tanggal 28 Maret 1914.
  • Ali Hasjmy meninggal dunia di Banda Aceh, pada tanggal 18 Januari 1998.
  • Dalam dunia sastra, Ali Hasjmy pernah menggunakan beberapa nama pena, antara lain Al Hariry, Aria Hadiningsun dan Asmara Hakiki.
© Sepenuhnya. All rights reserved.