Puisi: Seribu Lima Ratus Perak (Karya Andrea Hirata)

Puisi "Seribu Lima Ratus Perak" oleh Andrea Hirata menggambarkan perbedaan antara kebenaran di lingkungan perkotaan yang terdapat korupsi dan ...
Seribu Lima Ratus Perak


Kutengok di televisi
Kebenaran di Jakarta mahal sekali
Para koruptor pintar sembunyi
Padahal nyata-nyata, mereka telah mencuri
Kawan, di kampung kami
Kebenaran harganya hanya seribu lima ratus perak
Warnanya hitam, tergenang di dalam gelas,
saban pagi.


Sumber: Cinta di Dalam Gelas (2010)

Analisis Puisi:
  1. Kritik Sosial Terhadap Kebenaran dan Korupsi: Puisi ini menciptakan perbandingan yang kuat antara persepsi kebenaran di Jakarta dan di kampung penulis. Di Jakarta, kebenaran menjadi suatu yang mahal dan sulit dicapai. Koruptor menguasai, dan kebenaran menjadi tersembunyi. Namun, di kampung penulis, kebenaran hanyalah seribu lima ratus perak—hal yang sederhana, mudah dicapai, dan terlihat jelas, meskipun tampaknya terbatas pada gelas yang hitam.
  2. Perbedaan Realitas dan Persepsi: Penulis menyoroti perbedaan antara realitas di kampung halamannya dengan keadaan di kota besar, khususnya Jakarta. Meskipun korupsi dan ketidakjujuran merajalela di tempat lain, di kampung halamannya, kebenaran dihargai dan diakui sebagai sesuatu yang sederhana dan mudah diakses, bahkan jika diwakili oleh seribu lima ratus perak dalam gelas yang tergenang.
  3. Simbolisme Angka 1500 Perak: Angka seribu lima ratus perak mungkin menggambarkan nilai sederhana dari kebenaran di luar lingkungan metropolitan. Ini mungkin menyiratkan bahwa kejujuran dan nilai-nilai sederhana masih terjaga di tempat-tempat terpencil, meskipun dalam konteks ekonomi yang terbatas.
  4. Gelas sebagai Metafora: Gelas yang tergenang dengan warna hitam di pagi hari mungkin merupakan metafora yang menunjukkan ketulusan dan kejujuran yang sederhana, tetapi terbatas pada ruang yang kecil dan sederhana.
  5. Kesederhanaan Nilai Kebenaran: Meskipun kebenaran dihargai rendah dalam hal nilai uang, pesan dalam puisi ini menyoroti bahwa kebenaran seharusnya tak perlu mahal. Hal-hal sederhana dan jujur sering kali terlupakan di tengah kompleksitas kota besar.
Puisi ini secara kuat menggambarkan perbedaan antara kebenaran di lingkungan perkotaan yang terdapat korupsi dan kebenaran sederhana di kampung halaman yang tetap dihargai. Andrea Hirata dengan sederhana menunjukkan bagaimana konsep kebenaran memiliki makna yang berbeda tergantung pada lingkungan dan nilai yang diberikan oleh masyarakat.

Andrea Hirata
Puisi: Seribu Lima Ratus Perak
Karya: Andrea Hirata

Biodata Andrea Hirata:
  • Andrea Hirata lahir pada tanggal 24 Oktober 1966 di Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.