Puisi: Di Balik Kabut (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Di Balik Kabut" karya Abdul Wachid B. S. menghadirkan gambaran yang kuat tentang perasaan terkekang, keputusasaan, dan kebingungan yang ...
Di Balik Kabut
(- notasi satu)

Barangkali dunia tambah menyempit
Sebatas rumah, sebatas kamar tanpa daun pintu ini
Bahkan sebatas tubuh sendiri
Di jendela kita melihat keluar
Seekor anjing mencuri tulang
Seorang majikan menggamparnya dengan palang
Di sekitar teror tambah menjadi saja

Kita tumbuh dari sunyi yang sama
Lalu melarikan diri bersama-sama
Di rumah rindu langit dan lampunya 5 watt ini
Lipatan baju kumal, buku-buku menimbun
Hidup ditiup angin dan makin meredup
Meski doa masih menggayuh masadepan
Tapi terhalang hotel yang menjulang

Lalu serangan encok pertama meninju jantung
Hampir pingsan. Percintaan kita
Terus saja saling menghela
Di bawah jendela pecah kacanya
Di rumah-rumah sakit ciuman kita memadat
Di trotoar berleleran peluh-peluh
Lalu percintaan kita terpeleset

Sampai pinggir kali keruh
Bersijingkat, dikagetkan teriakan kereta api
Daunan membusuk dan debu berhamburan
Di kejauhan istana pemerintah
Masih saja dibungkam kabut tebal

Sementara itu kita mengelam, dikuas senja
Dan malam..

1991, 1993

Analisis Puisi:

Puisi "Di Balik Kabut" karya Abdul Wachid B. S. menghadirkan gambaran yang kuat tentang perasaan terkekang, keputusasaan, dan kebingungan yang melanda manusia dalam situasi yang mengharuskan mereka untuk melihat melampaui kabut harapan.

Penyempitan Dunia dan Keterbatasan Ruang: Puisi ini dibuka dengan gambaran tentang dunia yang semakin menyempit, seolah-olah hanya terbatas pada ruang rumah atau kamar yang gelap. Penggunaan metafora ini mencerminkan perasaan terkurung dan terbatasnya pandangan akan kemungkinan-kemungkinan di luar sana.

Perjuangan dan Keterbatasan: Dalam pengamatan dari jendela, pengarang menyajikan adegan sehari-hari yang penuh dengan ketidakpastian dan ketakutan. Serangan teror, teror dari hotel yang menjulang, dan kekacauan dunia sekitar menjadi bagian dari realitas yang harus dihadapi.

Rindu akan Kehidupan yang Lebih Baik: Meskipun hidup dikelilingi oleh kegelapan dan ketidakpastian, ada rindu akan kehidupan yang lebih baik, yang tercermin dalam rindu akan langit dan lampu 5 watt di rumah. Namun, realitas sehari-hari dengan lipatan baju kumal dan buku-buku menimbun menunjukkan betapa hidupnya terkekang.

Percintaan yang Terhimpit oleh Kekacauan: Percintaan yang digambarkan dalam puisi ini tidak luput dari pengaruh kekacauan dan kesulitan hidup sehari-hari. Meskipun ada doa untuk masa depan yang lebih baik, realitas yang keras dan terjal membuatnya sulit untuk meraih impian tersebut.

Penghujung yang Gelap: Puisi ini menutup dengan gambaran tentang malam yang mengelam dan senja yang menguasai segalanya. Ini mungkin mencerminkan ketidakpastian akan masa depan dan kegelapan yang menutupi harapan-harapan yang masih tersisa.

Melalui penggunaan gambaran yang kuat dan bahasa yang intens, Abdul Wachid B. S. berhasil menggambarkan perasaan kebingungan, ketidakpastian, dan keputusasaan yang melanda manusia di tengah-tengah kekacauan dunia modern.

Puisi
Puisi: Di Balik Kabut
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.