Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tahajud (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Tahajud" mempersembahkan pengalaman spiritual melalui bahasa yang simbolis dan mendalam. Abdul Wachid B. S. menggambarkan ritual ibadah ....
Tahajud


lantun orang mengaji itu
menjagakan aku padamu
tapi air yang membangun kesadaran
mencari sampai nyanyian
selepasnya, hanya angin, serangga
dan daunan menabuh malam
megah

sekeliling rumah berselimut kabut
sedikit terperanjat, ada gemerincing
di udara gelap
ada semacam manusia berkuda dengan sayap
menangkap doa yang kulayangkan padamu

trotoar lenyap dalam diriku
aku hilang dalam cahayamu

dan jika fajar menajamkan kokok ayam jantan
yang hilang itu tampak sibuk di sebuah pasar

sungguh hanya jam yang melesatkan panah
ke lelangit
sedang aku hanya sujud, semacam tangan
yang menegakkan di antara pilar-pilar

sajadah selebih bumi yakni hati

1996

Analisis Puisi:
Puisi "Tahajud" karya Abdul Wachid B. S. menciptakan sebuah pengalaman spiritual dan refleksi mendalam tentang ritual ibadah tahajud.

Penggunaan Bahasa yang Simbolis: Puisi ini ditulis dengan bahasa yang penuh simbol dan metafora, menciptakan gambaran yang kaya tentang pengalaman spiritual. Lantunan orang yang mengaji dan air yang membangun kesadaran menjadi simbol dari proses mendalam menuju Allah.

Atmosfer Keagamaan dan Kesadaran: Deskripsi mengenai air yang mencari sampai nyanyian menciptakan atmosfer keagamaan yang mendalam. Puisi ini menyoroti momen ketika kegelapan malam dipecahkan oleh nyanyian dan kesadaran akan keberadaan yang lebih tinggi.

Kontras Alam dan Manusia: Puisi menciptakan kontras antara alam dan manusia. Alam, seperti angin, serangga, daun-daun, menjadi saksi terhadap malam yang megah. Manusia, yang seperti "manusia berkuda dengan sayap," mencari dan menangkap doa, menunjukkan perjalanan spiritual manusia yang transcenden.

Kabut dan Gemerincing: Kabut yang berselimut di sekeliling rumah menjadi gambaran dari keadaan yang transenden dan terperanjat. Gemerincing di udara gelap menambah nuansa keajaiban dan ketuhanan dalam suasana malam.

Keadaan Hati dan Kehilangan Diri: Penggunaan kata "hilang" menciptakan perasaan keadaan hati yang tenang dan meresapi cahaya spiritual. Menyiratkan hilangnya diri dalam kebesaran Tuhan dan keperdulian terhadap ritual ibadah.

Fajar dan Kokok Ayam Jantan: Puisi mencapai puncaknya dengan deskripsi fajar dan kokok ayam jantan yang menciptakan suasana peralihan dari malam ke pagi. Hilangnya sesuatu yang tampaknya sibuk di sebuah pasar menciptakan gambaran tentang kehilangan makna dalam kegelapan.

Sujud Sebagai Simbol Ketundukan: Penggunaan kata "sujud" sebagai simbol dari ritual ibadah menyoroti ketundukan dan keterhubungan langsung dengan Tuhan. Puisi menggambarkan sujud sebagai semacam tangan yang menegakkan di antara pilar-pilar, menciptakan gambaran kekuatan spiritual yang membangun fondasi.

Puisi "Tahajud" mempersembahkan pengalaman spiritual melalui bahasa yang simbolis dan mendalam. Abdul Wachid B. S. menggambarkan ritual ibadah sebagai perjalanan batin yang mengarah pada kehilangan diri dalam kebesaran Tuhan dan keterhubungan yang mendalam. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang makna spiritualitas dan hubungan pribadi dengan yang Maha Kuasa.

Abdul Wachid B. S.
Puisi: Tahajud
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.