Puisi: Pagi Ini Minus Dua Belas (Karya Maman S. Mahayana)

Puisi "Pagi Ini Minus Dua Belas" oleh Maman S. Mahayana menggambarkan suasana pagi yang dingin dan sunyi, menciptakan gambaran yang mendalam ....
Pagi Ini Minus Dua Belas


Lampu-lampu jalanan sudah dipadamkan
jam tujuh pagi
belum juga datang rembang matahari
segalanya masih gulita
meski suara desau mesin dan decit ban mobil
tak juga henti
merayap dari jalan layang
menyusuri hutan kecil kumpulan pinus
di bawah teras belakang

Gedung-gedung apartemen
membentuk siluet-siluet pegunungan
redup dan suram
seperti pilar-pilar raksasa
yang bertumbuhan di lapangan terbuka

Ada sirene branwir dan raung ambulans
memecah keheningan
klakson sekali-sekali

Jam delapan rembang mulai datang
perlahan dan nyalang
gas pemanas di bawah lantai
menggerakkan kehangatan
kopi masih mengepul
ketela kecil-kecil
diiris tipis-tipis
bergemerongseng di penggorengan

Setelah lewat jam setengah sembilan
matahari lebih tenang dan percaya diri
menerabas kaca jendela
melelehkan embun sisa
menciptakan lika-liku alur salju tak keruan

Matahari tumpah sempurna di tempat tidur
membuka selimut
mencabut colokan pemanas kasur
melepas rangkap tiga kaos kaki dan stoking berbulu
menggantungkan switer

Aku tahu
di luar sana masih minus dua belas derajat.


Hwarangdae, 19 Desember 2012

Sumber: Jejak Seoul (2016)

Analisis Puisi:
Puisi "Pagi Ini Minus Dua Belas" oleh Maman S. Mahayana menggambarkan suasana pagi yang dingin dan sunyi, menciptakan gambaran yang mendalam tentang alam dan kehidupan sehari-hari. Puisi ini mengeksplorasi kontras antara keadaan alam dan kegiatan manusia, serta memberikan perenungan tentang kenyataan hidup.

Gambaran Awal Suasana Pagi: Puisi ini memulai dengan menggambarkan suasana pagi yang sepi dan redup, dengan lampu-lampu jalanan yang sudah dipadamkan dan matahari yang belum muncul. Ini menciptakan gambaran awal tentang suasana yang tenang dan masih dalam kegelapan.

Deskripsi Lingkungan: Deskripsi gedung-gedung apartemen yang membentuk siluet pegunungan dan hutan kecil kumpulan pinus menunjukkan perpaduan antara lingkungan perkotaan dan elemen alam. Ini menciptakan kontras antara dunia manusia yang dibentuk oleh teknologi dan alam yang tetap ada.

Suara Kota dan Alam: Puisi ini menggambarkan suara mesin dan decit ban mobil yang terus berlangsung, menghadirkan bunyi-bunyi kota yang tak pernah berhenti. Namun, di tengah kebisingan kota, ada keheningan hutan dan alam yang menciptakan kontras yang menarik.

Perubahan Suasana: Perubahan suasana pagi dari gelap menjadi terang tercermin dalam puisi ini. Penyair menggambarkan perlahan datangnya matahari yang memberikan kehangatan dan menghapus embun sisa. Ini menggambarkan transformasi alami yang terjadi seiring berjalannya waktu.

Keseharian Manusia: Puisi ini memberikan gambaran tentang rutinitas pagi, seperti persiapan sarapan dengan kopi dan ketela kecil-kecil di penggorengan. Deskripsi ini menghadirkan kehidupan sehari-hari yang sederhana dan terikat pada keseharian manusia.

Kontras Suhu: Deskripsi suhu yang sangat rendah, "minus dua belas derajat," menggambarkan dinginnya cuaca pagi. Kontras antara suhu yang dingin dan hangatnya kegiatan sehari-hari menunjukkan betapa manusia terus beradaptasi dengan perubahan alam.

Keheningan dan Refleksi: Puisi ini menghadirkan momen keheningan yang memungkinkan pembaca merenungkan makna kehidupan. Suasana pagi yang sunyi dan hangat menciptakan ruang untuk introspeksi dan refleksi atas keadaan dan perubahan yang ada.

Puisi "Pagi Ini Minus Dua Belas" karya Maman S. Mahayana adalah sebuah puisi yang menggambarkan keindahan dan keseharian dalam suasana pagi yang dingin dan sunyi. Puisi ini menunjukkan keterkaitan antara manusia, alam, dan waktu, serta mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan dan perubahan yang terus berlangsung.

Maman S. Mahayana
Puisi: Pagi Ini Minus Dua Belas
Karya: Maman S. Mahayana

Biodata Maman S. Mahayana:
  • Maman S. Mahayana lahir pada tanggal 18 Agustus 1957 di Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.