Puisi: Rumah Matahari (Karya Agit Yogi Subandi)
Puisi: Rumah Matahari
Karya: Agit Yogi Subandi
Rumah Matahari
SELALU kurindukan rumah matahari
ketika malam begitu kuyu oleh angin,
nyanyian, kiambang di menara
tempatku menatap sambil menyusun kata-kata
yang menguning dan bangsai
oleh berjemur seharian
adakah yang menjual musim?
akan kubeli rumput dan bunga melati yang
berembun
berwarna fajar dinihari
agar matahari terbangun dan bergegas
membuka pintu
o, hangat yang menyegat raga
cukuplah kulitku kaubuat legam!
MATAHARI beringsut pada sore hari
serangga mulai melucuti siang perlahan
karena malam akan membaringkan tubuhnya di
tanah
digerayangi kunang-kunang dan bulan
kemudian dingin mulai berkunjung di hidungku
sangat tajam hingga melukai paru-paru
maka kembali kuingat saat kuketuk rumah
matahari
di mana ia sedang lelap di atas metai
betapa kata-kata mulai cemas di ujung pena
udara tiba-tiba berubah sangit
dan aroma itu merebah manja di tubuhku
hingga meresap, dan lembab
ITULAH sebab akhir-akhir ini,
matahari tertatih-tatih menemaniku
agak
lelah! katanya pada suatu ketika
sambil batuk-batuk dan mengucurkan keringat.
Juni, 2007
Karya: Agit Yogi Subandi