Setiap Pagi
matahari terbit dari rambutmu yang panjang
seperti sungai masakecilku
di mana aku berterjunan berlatih berenang
seringkali untuk mendapatkan sesuatu tertatap batubatu
aku telah menjumpaimu melalui mimpi
jauh sebelum hatimu kau serahkan
ketika engkau membasuh wajahmu dengan air wudlu suci
aku tergoda oleh cahaya matahari di usia rawan
rindu dendam
cemburu
ketidakberdayaan remuk redam
matahari hampir padam di sela waktu
tetapi
aku menjumpainya kembali
di sepanjang trotoar kotakkotak nasib
kuisi dengan shalawat dan salam hati
agar matahari hidup tidaklah raib
selalu setiap pagi kutemukan
matahari terbit dari rambutmu yang panjang
seperti sungai masakecilku
di mana bapak ibuku berkata beningnya doa
dan aku dimintanya berkaca di dalamnya
aku telah menjumpaimu melalui mimpi
dengan baju warna kuning seperti janur kuning
kelak kau aku menjolok bintanggemintang
matahari dan rembulan maka berjatuhan sajaksajak
sebagai aku yang
jatuh bangun berjalan dalam kesunyian panjang
setelah setiap pencapaian demi pencapaian
hidup bukanlah sekadar kesepian yang gelap lantaran
selalu setiap pagi kutemukan
matahari terbit dari rambutmu yang panjang
seperti sungai masakecilku
di mana muara cinta senantiasa tidak pernah menyerah
untuk melakoninya sekaligus mengenangnya
hingga cakrawala...
Mojokerto, 18 Januari 2016
Karya: Abdul Wachid B. S.