Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Aubade (Karya Agus Noor)

Puisi "Aubade" karya Agus Noor tidak hanya merayakan keindahan alam, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung dan menghargai momen-momen ...
Aubade
(Untuk M)


Pagi ialah tangan yang terulur santun, ke dalam hatimu. Dibukakannya pintu kebaikan dan keselamatan, bagimu

Pagi yang lembut mengusap keningmu, seperti tangan ibu. Dihapusnya debu kecemasan yang berguguran semalam, dari mimpimu

Pagi ialah kecupan kekasih, yang membangunkan kerinduanmu. Ditumpahkannya seluruh hangat harapan, sebagai degup jantungmu

Jari-jari mungil pagi menggelitik jantung sepimu, ialah tangan kanak-kanak yang lucu dan menggemaskan, kebahagiaanmu

Bila kaurasakan pagi menyentuhkan cahayanya yang lembut, ke hidupmu, itulah tangan gaib Tuhan, membelai kegelisahanmu.


2010

Sumber: Ciuman yang Menyelamatkan dari Kesedihan (2012)

Analisis Puisi:
Puisi seringkali menjadi medium yang memungkinkan penyair untuk merangkai kata-kata menjadi lukisan indah yang mencerminkan perasaan dan pengalaman. Dalam puisi "Aubade" karya Agus Noor, penyair menyajikan gambaran pagi sebagai elemen yang membawa kelembutan, kehangatan, dan harapan.

Simbolisme Pagi: Pagi dalam puisi ini diwakili sebagai entitas yang membawa makna positif dan kebaikan. Penyair menggambarkan pagi sebagai "tangan yang terulur santun, ke dalam hatimu," menciptakan citra pagi sebagai pembawa kelembutan dan kehangatan yang bersifat introspektif. Simbolisme ini memberikan nuansa positif pada gambaran pagi sebagai waktu yang penuh potensi dan kesegaran.

Metafora Tangan Ibu dan Kekasih: Puisi menggunakan metafora tangan ibu dan kekasih untuk mendeskripsikan pagi. Pagi diibaratkan sebagai "tangan ibu" yang lembut mengusap kening dan "kecupan kekasih" yang membangunkan kerinduan. Metafora ini merangkai suasana intim dan penuh kasih, menggambarkan pagi sebagai elemen yang penuh perhatian dan kedekatan.

Pagi Sebagai Pembersih Kecemasan: Pagi diilustrasikan sebagai pembersih debu kecemasan yang berguguran semalam dari mimpimu. Gambaran ini memberikan kesan bahwa pagi adalah waktu yang memberikan kesempatan untuk memulai dengan pikiran yang bersih dan jernih setelah melewati masa-masa gelap kekhawatiran.

Pagi sebagai Pembawa Harapan: Penyair mengekspresikan bahwa pagi membawa kehangatan harapan. "Ditumpahkannya seluruh hangat harapan, sebagai degup jantungmu" memberikan gambaran bahwa setiap pagi adalah kesempatan baru untuk membangun impian dan menghadapi hari dengan semangat yang baru.

Jari-Jari Mungil dan Kehangatan Sepimu: Pagi digambarkan sebagai jari-jari mungil yang menggelitik jantung sepimu, memberikan gambaran tentang kebahagiaan dan keceriaan. Metafora ini menciptakan citra pagi sebagai elemen yang menghidupkan kebahagiaan dalam diri seseorang, seolah-olah tangan kanak-kanak yang menggemaskan.

Pagi sebagai Tangan Gaib Tuhan: Puisi diakhiri dengan menyatakan bahwa pagi menyentuh hidup seseorang seperti tangan gaib Tuhan yang membelai kegelisahan. Ini memberikan dimensi spiritual pada puisi, menunjukkan bahwa kehadiran pagi bukan hanya sebagai fenomena alam, tetapi juga sebagai kehadiran rohaniah yang menenangkan dan menghibur.

Puisi "Aubade" karya Agus Noor adalah suatu karya yang merayakan keindahan pagi sebagai pembawa kelembutan, harapan, dan kebahagiaan. Dengan menggunakan metafora yang kuat, penyair berhasil menciptakan citra-citra yang menghidupkan dan meresapi keberadaan pagi dalam bermacam-macam dimensi emosional dan spiritual. Puisi ini tidak hanya merayakan keindahan alam, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung dan menghargai momen-momen berharga yang terkandung dalam setiap pagi yang baru.

Agus Noor
Puisi: Aubade
Karya: Agus Noor

Biodata Agus Noor:
  • Agus Noor lahir pada tanggal 26 Juni 1968 di Margasari, Tegal, Jawa Tengah, Indonesia.
  • Agus Noor adalah seorang penulis puisi, cerpen, prosa, naskah lakon dan skenario sinetron.
© Sepenuhnya. All rights reserved.