Puisi: Kereta Mati (Karya Toto Sudarto Bachtiar)

Puisi "Kereta Mati" menggambarkan sebuah perjalanan yang melibatkan pengendara sepeda tiga roda. Puisi ini menciptakan suasana yang gelap dan ....
Kereta Mati

Seorang pengendara kereta
Beroda tiga, manis
Mengayuh hingga pelabuhan penghabisan
Mendaki dan menurun

Jari-jari berjarak kaku
Menjauhkan mimpi dalam rongga malam
Kalung bintang dan bulan berombak awan ungu
O, semua jauh manis

Selingan cuma senyampang di telinga
Mobil dan trem lalu
Dan perempuan berlagu pilu
Bagi manusia berjiwa kuda

Di mana jiwa di atas roda di hela waktu!
Batuk hampa mengamuk dan berkuasa
Dalam dada luka terbuka
Kemauan terpendam di alam beku

Seorang pengendara kereta
Beroda tiga, manis
Mengayuh mendaki pelabuhan penghabisan
Bertebing curam, menunggu dan menganga

O, semua jauh manis
Tiada karangan bunga tersilang
Tiada kepedihan enggan mampir
Manusia menangis di tepi pelabuhan penghabisan.

1950

Sumber: Suara (1962)

Analisis Puisi:
Puisi "Kereta Mati" menggambarkan sebuah perjalanan yang melibatkan pengendara sepeda tiga roda. Puisi ini menciptakan suasana yang gelap dan misterius, dengan menggambarkan perjalanan malam seorang pengendara yang terdengar seperti perjalanan menuju akhir sesuatu.

Pengendara Sepeda Tiga Roda: Puisi ini menciptakan gambaran tentang seorang pengendara yang mengayuh sepeda tiga roda. Sepeda ini mungkin melambangkan perjalanan hidup seseorang. Dalam puisi ini, pengendara tersebut menghadapi berbagai tantangan dan rintangan dalam perjalanannya.

Atmosfer Misterius dan Gelap: Puisi ini menciptakan atmosfer yang misterius dan gelap. Penciptaan suasana ini dilakukan melalui deskripsi malam yang gelap, rasa kesendirian, dan ketidakpastian tentang tujuan perjalanan pengendara.

Imaji: Penyair menggunakan gambaran-gambaran yang kuat dalam puisi ini untuk mengekspresikan perasaan dan suasana hati. Kalung bintang dan bulan yang berombak awan ungu menciptakan citra keindahan alam di tengah malam yang gelap.

Kekosongan dan Keputusasaan: Puisi ini menggambarkan perasaan kekosongan dan keputusasaan, terutama melalui kata-kata seperti "batuk hampa mengamuk" dan "dalam dada luka terbuka." Ini menciptakan kesan bahwa pengendara merasa terjebak dalam situasi sulit atau hidup yang tidak memuaskan.

Akhir yang Gelap: Puisi ini mengarah pada akhir yang gelap dan melankolis, dengan penggambaran pengendara yang tiba di "pelabuhan penghabisan." Ini bisa diartikan sebagai akhir dari perjalanan hidupnya atau bahkan akhir dari segala sesuatu.

Puisi "Kereta Mati" menciptakan suasana yang gelap, misterius, dan penuh dengan perasaan kekosongan. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti dan tujuan dalam perjalanan hidup seseorang dan menghadapi ketidakpastian masa depan.

Puisi: Kereta Mati
Puisi: Kereta Mati
Karya: Toto Sudarto Bachtiar

Biodata Toto Sudarto Bachtiar:
  • Toto Sudarto Bachtiar lahir pada tanggal 12 Oktober 1929 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat.
  • Toto Sudarto Bachtiar meninggal dunia pada tanggal 9 Oktober 2007 (pada usia 77 tahun).
  • Toto Sudarto Bachtiar adalah salah satu Penyair Indonesia Angkatan 1950-1960-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.