Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Pada Suatu Hari (Karya Ahda Imran)

Puisi "Pada Suatu Hari" karya Ahda Imran menggunakan gambaran alam yang kuat, kritik sosial, dan pertanyaan eksistensial, penyair menciptakan ...
Pada Suatu Hari

Hari ini terlalu pagi
untuk sebuah kesedihan. Mereka,
para pembohong dulu, kembali datang
dari arah hutan-hutan malam
aku memandang dan melupakan
pepohonan memasang daun-daunnya,
seperti perempuan menjemur
pakaian dalamnya

Kutinggalkan semua
di atas meja. Kuburan massal
yang digali, skandal anggota parlemen,
ulang-tahun presiden, tukang becak
yang menjual anaknya, kapal-kapal
asing yang membawa beras dan gula

Tak ada lagi yang kupahami
kesedihan atau juga Tuhan, kecuali pertanyaanku
sendiri. Kedua kakiku bernafas ke dalam batu,
menyatu bersama mata air. Kedua tanganku
mengembang, menyentuh lapisan paling lembut
dari langit dan pasir

Aku hidup dalam kebahagiaan
yang aneh. Tak ada siapapun yang datang
padaku untuk berjanji, sebab aku telah
membunuhnya tadi malam

Hari ini terlalu pagi
untuk sebuah kesedihan. Tak ada siapa pun
yang mesti kudatangi, sebab seluruh alamat
telah menjadi kutukan. Tak ada lagi
yang harus kupahami, kecuali pertanyaan
sendiri,

mengapa aku begitu berbahagia.

2003

Analisis Puisi:

Puisi "Pada Suatu Hari" karya Ahda Imran adalah karya yang sarat dengan refleksi mendalam tentang kehidupan, kesedihan, dan kebahagiaan.

Gambaran Alam dan Kehidupan: Penyair menggunakan gambaran alam yang kuat untuk menciptakan suasana yang intens dalam puisi. Pemandangan pepohonan, hutan malam, dan mata air memberikan latar belakang yang menegaskan perenungan mendalam tentang kehidupan.

Kehidupan Sehari-hari dan Kritik Sosial: Puisi ini juga mencakup kritik sosial terhadap berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti korupsi politik, eksploitasi manusia, dan ketidakadilan. Penyair menyingkapkan realitas yang gelap dan pahit dari dunia yang diselubungi oleh kepalsuan dan kekejaman.

Pertanyaan Eksistensial: Penyair mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan eksistensial tentang makna kehidupan, kesedihan, dan kebahagiaan. Penggunaan bahasa yang introspektif dan reflektif mengundang pembaca untuk merenungkan arti sejati dari kebahagiaan dan kesedihan.

Pembunuhan Metaforis: Pembunuhan yang disebutkan dalam puisi dapat dianggap sebagai metafora untuk pembebasan dari beban emosional atau mental yang mengganggu. Ini menggambarkan sebuah pembebasan atau transformasi dalam kehidupan penulis.

Pemahaman Diri dan Kebahagiaan: Penyair menunjukkan bahwa kebahagiaan yang sejati datang dari pemahaman diri dan pertanyaan yang dalam tentang eksistensi. Meskipun dunia luar mungkin penuh dengan kepalsuan dan kekejaman, kebahagiaan sejati dapat ditemukan dalam perjalanan menuju pemahaman diri yang lebih dalam.

Puisi "Pada Suatu Hari" karya Ahda Imran adalah sebuah karya yang menggugah pemikiran tentang makna kehidupan, kesedihan, dan kebahagiaan. Dengan menggunakan gambaran alam yang kuat, kritik sosial, dan pertanyaan eksistensial, penyair menciptakan sebuah karya yang memikat dan merangsang pemikiran pembaca.

Ahda Imran
Puisi: Pada Suatu Hari
Karya: Ahda Imran

Biodata Ahda Imran:
  • Ahda Imran lahir pada tanggal 10 Agustus 1966 di Baruah Gunuang, Sumatera Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.