Puisi: Anima Mundi (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Puisi: Anima Mundi Karya: Arif Bagus Prasetyo
Anima Mundi

Gerah. Terperangah aku lengah
Terbayang kaki kering perempuan
Yang terayun. Yang terbanting belulangnya
Dan berderak berkelindan menyunggi sanggah matahari:
Sesaji batu paras yang bersusun di kepala
Menggilasmu memerasmu
Jadi ampas yang bertahun
Bersitahan dalam terik
Menggerutu.

Bilas pelupukmu, debu. Bertahun-tahun nyawa
Bersusun-susun daki mengelupas
Gendang kulit yang tersayat.
Kerongkongan yang tercekat.
Belikat lekat. Bahkan benak
Tinggal sengal yang menolak
Untuk lantak.

Bertindaklah.
Berontaklah.
Berotaklah.

Tidak, sergahmu, tak perlu jadi retak:
Simpan kesumatmu.
Aku ingin mereka nanti merestuiku
 merestuimu membuang sesal. Memanggang
sial kelahiranmu. Karena nyala siang
mana mungkin lebih cerlang. Mana bisa
lebih jerih daripada sejengkal bayang. Segapai sampai
dari lunglai abadi.

Tidak?
Tapi siapa yang bisa tega
Memerasmu menggerus batu? Terus-menerus
Direbus ngilu seperti itu. Seumur-umur menebas paras
Di bawah terik yang mencekik yang menetak
Tengkorakmu. Dan sepasang kaki kering
Terseok terbanting menyusun sanggah bagi
Senyum dewa tambun yang mendengkur
Melingkar di lambungmu?

Tak ada, sergahmu, tersenyum, seperti bahagia.
Selain kau, aku, kita, mereka...

1997
Puisi: Anima Mundi
Puisi: Anima Mundi
Karya: Arif Bagus Prasetyo
© Sepenuhnya. All rights reserved.