Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Ciuman Bibirku yang Kelabu (Karya Mardi Luhung)

Puisi "Ciuman Bibirku yang Kelabu" karya Mardi Luhung mengajak pembaca untuk merenungkan makna hidup dan hakikat eksistensi manusia dalam alam ...
GIRI:
Ciuman Bibirku yang Kelabu

Seperti bangun-bangunan batu yang tebal
aku ciumi dindingmu dengan bibirku yang kelabu
lantaran kedua kakiku terikat besi, sedang
tanganku cuma bisa mencengkeram lemah

ya, ada degup di situ, aku dengar pelan-pelan
dan seseorang yang telah hancur berabad dulu
pun bangkit menghadang dengan rambut panjang
kemilau dan matanya, ya, matanya: "Mata si pemburu"

yang pernah melarung darah petir dan kilat
saat huruf belajar menyapa matahari-hijau, yang terbit
di antara kelangkang-gunungmu, tampak seperti
tatapan-tatapan yang sudah lama tak bergaung

dan mata si pemburu pun menggali lingkaran kapurmu
di mana, di situ tersimpan wajah-wajah makhluk
yang pernah berjaga di pinggir-pinggir sungai dengan
sorot tubuh menyiratkan pencapaian

lalu, mengapa wajah-wajah makhluk itu membedol
di pinggir-pinggir sungai? Apakah pencapaian yang
disiratkannya adalah dusta? Adalah si lendir amis yang
telah membuahkan patung dan menancapkan berjuta
bahasa-palsu di keningnya?

dan, lihat, kekuatan apakah yang sanggup menahan
limpahan bedolan sungai itu? Adakah yang tahu, jerit
kesakitan ataukan kelahiran yang disajikannya? Dan
adakah juga yang mencatatnya, lalu menenggelamkan

ke dasar-dasar palung dan jurang, dan membuat aku
mesti mengoreknya lewat cengkeraman yang lemah ini
sambil sesekali menatap angkasa yang menaburkan
serbuk-serbuk kasar bekas pecahan bulan-lain yang
sekarat

yang datang entah dari sisi mana, akibat peperangan
apa, dan membela dewa dan kitab siapa? Oh, aku pun
cuma sanggup mengigau sambil membayangkan sebuah
jalan-berkelok menuju keratonmu yang hilang itu

yang pernah mencelupi mimpi-mimpiku, dengan
puncak-puncak kubahnya yang gilap, yang melambai
penuh harap, agar kita berdua memasukinya, kawin di
situ, dan beranak tujuh-puluh-dua duyung dengan sisik
yang bening

duyung yang selalu berenang di seputar garis debar,
sambil mendedahkan sebuah teka-teki: "Manakah yang
lebih dulu, air ataukah lautan, manik tasbih ataukah
dengus dzikir, daya hafal ataukah daya baca?"

ya, Giri, Giriku, lebih dekatkanlah dindingmu pada
ciuman bibirku yang kelabu ini ...

Gresik, 1997

Sumber: Ciuman Bibirku yang Kelabu (2007)

Analisis Puisi:

Puisi "Ciuman Bibirku yang Kelabu" karya Mardi Luhung adalah karya yang sarat dengan gambaran-gambaran metaforis dan meditasi filosofis tentang pencarian identitas dan makna kehidupan.

Metafora Bangunan dan Dinding: Penyair menggunakan metafora bangunan batu yang tebal dan dinding sebagai representasi perjalanan hidup dan perjuangan pribadi. Dinding tersebut menjadi simbol hambatan dan ketidakmampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, sementara ciuman bibir yang kelabu mencerminkan keputusasaan atau kesulitan dalam mengekspresikan perasaan.

Citra Alam dan Mitos: Dalam puisi ini, terdapat penggunaan citra alam, seperti sungai, gunung, dan langit, yang melambangkan kekuatan alam dan keberadaan yang lebih besar dari diri manusia. Mitos dan legenda, seperti keraton hilang dan duyung, juga digunakan untuk menambah lapisan makna dan kedalaman dalam karya ini.

Pertanyaan Filosofis: Penyair mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang kompleks tentang makna kehidupan, keberadaan, dan identitas. Pertanyaan-pertanyaan ini mencerminkan kebingungan dan pencarian akan hakikat eksistensi manusia dalam alam semesta yang luas.

Desakan Emosional: Puisi ini juga mengandung desakan emosional yang kuat, terutama dalam ungkapan rasa penyesalan, keputusasaan, dan keinginan untuk menyatukan diri dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri. Desakan ini tercermin dalam ungkapan keinginan untuk mencapai keraton hilang dan beranak tujuh puluh dua duyung, yang mungkin menjadi simbol kesempurnaan atau kebahagiaan.

Gaya Bahasa dan Imajinatif: Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi ini sangat imajinatif dan mengandung banyak metafora dan simbol. Penyair menggunakan bahasa yang kaya dan gambaran-gambaran yang kuat untuk mengekspresikan kompleksitas pikiran dan perasaan yang terkandung dalam karya ini.

Puisi "Ciuman Bibirku yang Kelabu" karya Mardi Luhung adalah karya yang memikat dengan penggunaan bahasa yang kaya dan imajinatif, serta meditasi filosofis yang mendalam tentang kehidupan dan keberadaan. Melalui gambaran-gambaran metaforis dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan makna hidup dan hakikat eksistensi manusia dalam alam semesta yang penuh misteri.

Mardi Luhung
Puisi: Ciuman Bibirku yang Kelabu
Karya: Mardi Luhung

Biodata Mardi Luhung:
  • Mardi Luhung lahir pada tanggal pada 5 Maret 1965 di Gresik, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.