Puisi: Epilog Sebuah Pagi (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Puisi "Epilog Sebuah Pagi"menggambarkan perjalanan pikiran dan perasaan penyair saat menghadapi kegelapan dan ketidakpastian dalam kehidupan.
Epilog Sebuah Pagi

Dalam kemuraman cahaya pagi
Kuterka daun-daun gugur dan menghijau
Kembali. Kemudian tik-tik gerimis
Suara gelap malam hari yang kerap runtuh
Menerpa tubuh-tubuh tak terjaga
Akan membentang laut di atas ranjang-Mu

Pun di antara desakan massa berseragam
Pernah kudengar bisikmu tertahan:
“Kami ingin berkemas untuk sebuah pantai yang tenang.
Lihatlah tangan kami berdarah setelah lama bertempur
Di hutan-hutanmu yang bagaikan peri
Menyihir lolong serigala jadi anjing penjaga!”

Kini kuterka lagi bila saatnya tiba
Dermaga hanya bisa mencintai satu musim seperti kami
Yakni ketika pasang terulur ke arah utara
Dan kanak-kanak turun berlari menyoraki
Seribu perahu sarat kepedihan
Terdampar di muka pintu rumahmu.

Namun semoga hanya pikiranku terlalu jauh menyusur laut
Hingga mataku tak lagi mampu bersembunyi
Dari setiap isyarat, kenangan, atau tanda bahaya.
Maka dengan sopan aku pun belajar menghikmati langit
Dengan cahaya bintangnya yang selalu rapi
Menyimpan degup jantungku.

1994

Analisis Puisi:

Puisi "Epilog Sebuah Pagi" karya Arif Bagus Prasetyo adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan pikiran dan perasaan penyair saat menghadapi kegelapan dan ketidakpastian dalam kehidupan. Dengan penggunaan bahasa yang kaya dan metafora yang kuat, puisi ini menggambarkan perjalanan penyair dalam mencari makna dan kedamaian di tengah-tengah kehidupan yang penuh tantangan.

Pencarian Makna dalam Kehidupan: Penyair menggambarkan keadaan pikiran yang berkabut dalam kemuraman cahaya pagi. Ini mencerminkan kebingungan dan pencarian makna dalam kehidupan yang mungkin penuh dengan pergumulan dan konflik. Daun-daun yang gugur dan menghijau melambangkan siklus kehidupan yang selalu berubah dan dinamis.

Konfrontasi dengan Realitas Kehidupan: Puisi ini menggambarkan penyair yang berhadapan dengan realitas kehidupan yang keras dan tak terduga, seperti suara gelap malam hari yang menghantam tubuh-tubuh yang tak terjaga. Ini mencerminkan konfrontasi dengan kegelapan dan kesulitan yang mungkin dihadapi dalam perjalanan hidup.

Harapan dan Ketenangan di Tengah Kebingungan: Meskipun dihadapkan pada tantangan dan ketidakpastian, penyair mengekspresikan harapan dan ketenangan melalui gambaran pantai yang tenang. Ini mencerminkan keinginan untuk menemukan kedamaian dan ketenangan di tengah-tengah kegelapan dan kekacauan kehidupan.

Pembelajaran dan Kehidupan yang Terus Berlanjut: Puisi ini diakhiri dengan penyair yang belajar untuk menghargai langit dan cahaya bintangnya, meskipun dihadapkan pada ketidakpastian dan bahaya. Ini mencerminkan kesadaran akan keindahan dan keajaiban kehidupan, meskipun di tengah-tengah tantangan dan kesulitan.

Puisi "Epilog Sebuah Pagi" adalah sebuah puisi yang menggambarkan perjalanan pikiran dan perasaan penyair saat menghadapi kegelapan dan ketidakpastian dalam kehidupan. Dengan bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam, puisi ini menggambarkan perjuangan, harapan, dan pembelajaran dalam menghadapi realitas kehidupan yang kompleks.

Puisi
Puisi: Epilog Sebuah Pagi
Karya: Arif Bagus Prasetyo
© Sepenuhnya. All rights reserved.