Puisi: Kastoba (Karya Mardi Luhung)

Puisi: Kastoba Karya: Mardi Luhung
Kastoba


Ketika dia mati kepalanya aku letakkan di selatan.
Dan ketika aku mati kepalaku dia letakkan di utara.
Kami, berdua, adalah pasangan kekasih yang sesekali
waktu mengguriskan titian panjang. Terus sampai
pada mimpi yang merapat di kelokan-gelap-ranjang.

Dan di langit yang sengit, beribu biji api menyiagakan
tubuhnya. Mencoba mengejari kami. Seperti kejaran talkin
yang mujarab. Yang selalu berpendaran di ujung jukung.
Yang mencari pintu pantai. Tempat para-penyair-mabuk
kembali dari dunia yang lain yang kerap menyesatkannya.

Dunia yang pernah kami kunjungi. Dunia setiap yang
dipanggil dengan kegemetaran, selalu leluasa melepaskan
jerohannya. Dan menghantui siapa saja yang melintas
dengan nyawa tinggal seleher. Sambil terus menghafali
letak-liang-gelap yang bertuliskan nama sendiri.

Dan sebagai pasangan kekasih, kami memang mati bersamaan.
Padahal kami tak berjanji. Apalagi memarafkan amanat
di kersik-surat-segel. Kami hanya percaya, sejak lahir:
“Hidup kami memang menyatu,” Yang hanya terpisah
di dua wadag yang saling mengenal dan menyayang.

Seperti matahari dan bulan yang kerap mengintip. Dan
kerap saling mengirim kabar dan muslihat. Sampai
setiap ketakmungkinan yang benderang menetes. Di kedua
mata kami yang jingga. Dan makin menjingga oleh uluran
embun dari ujung saga. Embun yang menyemburi si penjaga.

Dan di hadapanmu, apa yang makin menjingga itu menyepuh.
Menyepuh setiap yang tak lagi kau ingat. Juga setiap
yang tak lagi membuatmu mampu menerakan teka-teki.
Tentang kepala, pasangan kekasih, selatan, utara dan
juga tentang beribu biji api yang menyiagakan tubuhnya.

Beribu biji api yang mencoba mengejari kami itu!


Gresik, 2007

Puisi: Kastoba
Puisi: Kastoba
Karya: Mardi Luhung
© Sepenuhnya. All rights reserved.