Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Solo (Karya Ahmad Faisal Imron)

Puisi "Solo" karya Ahmad Faisal Imron menggambarkan pemandangan dan suasana kota Solo, dengan fokus pada kesendirian, kehidupan sehari-hari, dan ...
Solo

tersusun di langit yang ikal
warna kuning kumparan awan

seseorang tak dikenal membekukan diri pada semburan senja
dengan kaki seperti sebuah kerucut dan tangan berdekapan
memandang jejak kereta yang punah ditelan dingin baja

namun malam masih memberi kesan pada tubuh kereta
sementara rerumputan melepaskan juga airmatanya

namun antara sebuah lagu, daun telinga dan hati yang papa
seorang pengamen dengan rupa Afrika yang mengerut
terlihat begitu resah, membawa Jembatan Merah

dari sebuah jendela yang meleleh
matahari yang dewasa menyapa seorang dara
pohon-pohon mengubah diri menjadi loncatan sayap angin
dan seorang lelaki tua nampak kelihatan bagai pertapa

kemudian pagi, juga segala bentuknya:
relief keemasan, para pengamen yang kelelahan
atau rasa lapar yang selalu dilupakan

saat kita bergegas melewatinya, merantau ke dunia lain
dengan tanpa melihat-lihat, berkata-kata atau berpikir lagi
ada sebuah pintu terbuka, dan kenapa kita tak bertanya!

1998

Sumber: Maliun Hawa (2007)

Analisis Puisi:

Puisi "Solo" karya Ahmad Faisal Imron menggambarkan pemandangan dan suasana kota Solo, dengan fokus pada kesendirian, kehidupan sehari-hari, dan refleksi spiritual. Ada elemen perjalanan fisik dan spiritual yang disajikan melalui gambaran-gambar alam dan aktivitas manusia.

Struktural

  • Imaji dan Simbolisme: Penyair menggunakan gambaran langit, awan kuning, senja, dan matahari dewasa untuk menciptakan lanskap visual yang kuat. Simbolisme seperti pengamen dengan rupa Afrika, Jembatan Merah, dan pohon yang berubah menjadi sayap angin menghadirkan elemen budaya dan alam secara berdampingan.
  • Gaya Bahasa: Bahasa dalam puisi ini mengalir dengan keindahan puitis, menggunakan metafora dan gambaran yang menggugah imajinasi pembaca. Misalnya, "dengan kaki seperti sebuah kerucut dan tangan berdekapan / memandang jejak kereta yang punah ditelan dingin baja" memberikan gambaran tentang kesendirian dan refleksi yang mendalam.
  • Struktur dan Ritme: Puisi ini memiliki struktur yang teratur dengan ritme yang mengalir, memungkinkan pembaca untuk merasakan perjalanan emosional dari keheningan malam hingga penuhnya aktivitas pagi.

Makna dan Interpretasi

Puisi "Solo" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan kota, kesendirian, dan perubahan alam serta manusia. Penyair dengan cermat menggambarkan hubungan antara alam dan kehidupan manusia, serta menyelipkan pertanyaan tentang eksistensi dan makna hidup.

Ahmad Faisal Imron melalui puisi ini tidak hanya menggambarkan pemandangan kota Solo secara visual, tetapi juga mengajak pembaca untuk menjelajahi dimensi spiritual dan filosofis dari pengalaman manusia. Dengan bahasa yang indah dan imaji yang kuat, puisi ini menghadirkan refleksi yang dalam tentang kesendirian, perjalanan hidup, dan keberadaan.

Ahmad Faisal Imron
Puisi: Solo
Karya: Ahmad Faisal Imron
Biodata Ahmad Faisal Imron:
  • Ahmad Faisal Imron lahir pada tanggal 25 Desember 1973 di Bandung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.