Puisi: Succubus (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Puisi: Succubus Karya: Arif Bagus Prasetyo
Succubus


“Sudah.
Hentikan demam itu.
Aku tahu nafsu ingin menyalibmu
Di ujung jam.”

Kemudian kau tersenyum. Mengusap ceruk
Pada pangkal. Dan tercium ruap rumput
Seolah teluh telah tumpah ke kuala.

Dari getar kelenjarmu sungai-sungai mabuk bangkai.
Mengendus lembah menempuh kampung-kampung jauh
Yang terserak, runtuh, ke mulut syahwat
Di tepi tubuh.

Dan tepi tubuh, kau pun tahu, adalah anjung
Yang menganjur ke laut lain. Daulah lain, di mana ruh
Runduk terpancung, menahan oleng, dari tiang yang teriak
‘Kucancang kau, kucincang kau’, sepanjang malam

Ketika lutut seakan lumat. Langit lamat.
Dan orang-orang melaknat najis. Menyesah musuh
Yang musti musnah. Dengan tatap terhunus hilang
Menembus nimbus.

Sorga: rumah kunci yang berkarat. Noda karat merah tua
Pada tekstur yang membusuk. Aku tahu. Namun nafsu
Takkan takluk.

Akarnya akan melesak masuk. Telak.
Meringkusmu dalam dengus

Dalam sengal
Dan sekarat

Yang mendekat

“Sudah.
Tumpaskan.
Aku tahu nafsu telah menyalibmu
Ke tubuhku.”


2000

Puisi: Succubus
Puisi: Succubus
Karya: Arif Bagus Prasetyo
© Sepenuhnya. All rights reserved.