Puisi: Kamar Penganten (Karya Mardi Luhung)

Puisi: Kamar Penganten Karya: Mardi Luhung
Kamar Penganten


Sebelum aku meminum minuman itu, cangkirnya bergetar. Dan apa yang diwadahinya juga bergetar. Seperti ingin memisahkan campuran serbuk tuba dari manis gula. Tapi, mukaku yang terkacakan di dalamnya, mengapa selalu seperti muka mayat. Muka mayat yang pucat. Muka mayat yang melengos, saat liang lahat dibukakan bagi dirinya. Liang lahat dengan dinding sedingin bentangan mori. Dan di depan kalian, muka mayatku ini tak lagi meminta apa-apa. Kecuali tanya: Apa yang telah kalian janjikan pada jalan keong milik muka mayatku itu? Jalan keong yang telah menyeberang dari kepala sampai dada. Dari dada sampai kaki. Dan dari kaki sampai bayangan si patung asing yang telah kalian tanam di sembilu bulan. Sembilu tempat burung-burung terguling. Burung- burung yang dicintai oleh setiap yang telah kehilangan kerahasiaannya. Dan oleh setiap yang mukanya juga seperti muka mayatku. Muka yang selalu ingin merapat dan memasuki kedalaman kuping kalian. Terus menjilati relung pendengarannya. Pendengaran yang telah dirias. Seperti riasan kamar penganten di nazak subuh!


Gresik, 2009

Puisi: Kamar Penganten
Puisi: Kamar Penganten
Karya: Mardi Luhung
© Sepenuhnya. All rights reserved.