Puisi: Penangsang 2 (Karya Gunawan Maryanto)

Puisi: Penangsang 2 Karya: Gunawan Maryanto
Penangsang 2


Seseorang datang kepadaku
tanpa telinga membawa pesan dari seberang
ia hanya pencari rumput bagi kuda-kudaku
tapi kehilangan telinga
bukan. ia tak salah potong tak salah tebas
ia juga tak sedang putus asa
seseorang hanya ingin mengirim pesan
langsung ke jantungku
pencari rumputku tak tahu apa-apa
ia tak pernah belajar membaca
tapi ia merasakan sakit yang luar biasa
sebagaimana pesan yang mesti disampaikan

3 orang dewasa memegang saya
lalu 1 bocah mengiris telinga saya
lalu menempelkan pesan di bekas telinga saya

ia masih menangis memegang bekas telinganya
dan menjerit kesakitan ketika pesan itu kubaca

kusampaikan pesan ini kepadamu
satria jipang yang gagah perwira
namamu selalu menggetarkanku
setan kobermu begitu menakutkan
dan hampir-hampir membunuhku
tapi kini kucoba beranikan diri
menantangmu satu lawan satu
jika kamu memang berani ayo keluar
jangan cuma sembunyi di dalam kamar
berlindung di punggung seorang wali
buktikan kamu orang sakti bukan bayi
kutunggu di seberang kali bengawan sore
aku sultan hadiwijaya

harusnya dengan tangan gemetaran kusobek-sobek surat itu, kuremuk gelas dan piring yang sempat teraih oleh kemarahanku, kubalik meja yang penuh hidangan pesta dalam satu kali tendang. patih matahun, patihku bertahun-tahun itu, akan memegangku, meredakan kemarahanku. mengingatkanku bahwa puasaku tinggal satu malam lagi. ia akan memintaku menahan diri satu hari lagi. pekathik-pekathik memegang kaki, menahan tubuhku agar tidak melesat keluar. tapi dalam satu kali ledakan semua hancur berantakan dan aku sudah ada di punggung gagak rimang. melesat cepat ke bengawan sore memenuhi tantangan bangsat itu

tapi tidak
aku hanya diam
diam-diam melipat pesan
juga melipat hati dengan rapi
dan kuminta semua yang ada dan pernah ada
untuk pergi meninggalkanku sejauh-jauhnya
aku tak ingin ke mana-mana
aku ingin sendirian saja

gemericik kali bengawan sore mendatangiku
tanpa telinga membawa pesan dari seberang
seorang gembala menunggu dengan sebatang bambu
3 begundal bersembunyi di balik gerumbul ilalang

haruskah aku datang ke sana
gagak rimang gelisah birahinya terangsang
tapi di sana bukan hadiwijaya
hanya seorang gembala dan kuda betina
yang begitu menggoda
duh, kanjeng sunan, 
apa yang kau tulis di sepanjang kali itu
bagaimana aku musti membacanya.

Jogjakarta, 2009
Puisi: Penangsang 2
Puisi: Penangsang 2
Karya: Gunawan Maryanto
© Sepenuhnya. All rights reserved.