Puisi: Euthanasia (Karya Arif Bagus Prasetyo)
Puisi: Euthanasia
Karya: Arif Bagus Prasetyo
Euthanasia
bagai detak jarum jam tua
yang menjerit
pada dinding kamar gas
Seperti ini:
sejarah selalu lahir di atas altar
di sebuah kastil tua
yang terkepung
gunung-gunung
cahaya.
Dan begitulah
kuhikmati dingin lehermu:
ketegaran pada harum ajal, ketakjuban
kepada arus darah
yang menggenang.
Sewaktu sakramen itu dilengkapkan
dan deram lonceng
kian deras menggemuruhkan bayang-bayang
tuhan
di kejauhan.
Lihat.
Separo ilusi dan kegelapan:
di antara reruntuh kubah yang tersambar
pisau matahari
pikiran buruk melukis seluruh ruang:
orang-orang berkerudung hitam
dengan muka merah-padam
tegang
tengadah
mendelik mengutuk langit!
Lalu, barangkali kausaksikan sisa nafasku
perlahan bangkit
makin hijau
dan menua
dalam debu.
“Namun hanya inikah kosakatamu tentang tuhan, roh
dan pembebasan itu? Bagaimana
tentang anak kita kelak, yang kembali
dimuntahkan langit
di atas altar, di sebuah kastil tua
usai cuaca berguguran di sana?”
Ya, mata kanak-kanak, perasaan cinta, sebuah dunia
ataukah sekotak nasib
yang terlambat
ditenggelamkan waktu
ke tengah rawa?
(bila “Hidup,” seperti akumu, “kian jadi frasa
yang menolak diselesaikan.”)
1994
Puisi: Euthanasia
Karya: Arif Bagus Prasetyo