Puisi: Desember Tak Bertanda (Karya Mahdi Idris)

Puisi "Desember Tak Bertanda" menggambarkan perjalanan emosional yang dalam dan kompleks, serta menyoroti keberadaan manusia dalam alam semesta ...
Desember Tak Bertanda

Ibu, bagaimana kuarungi selat yang semakin terkuak lebar itu,
kecipak ikan telah jelma gelombang angin menjadikan dirinya badai
perahu tinggallah sebilah papan lapuk dihempas ombak musim barat.

Laut jernih mendulang asalnya ke bumi terdalam
hanya air yang masih terasa asin lain tidak,
kemurkaan yang tak kudamba datang
meng-ijabah doa tak berharap.

Desember yang pernah kelu menyayat ingatan nan suram
membelah tubuh menuai luka.

Ya, Ibu Desember datang kembali seolah menghunjam menikam ingatan,
merobek mimpi jelma keperihan antara gelombang dan laut, ikan-ikan terkapar
perahu Nuh tak pernah datang menjemput kita.

Maut datang menyerbu, menjemput satu-satu
menimbun tubuh dalam lumpur
menghancurkan belulang.

Tinggallah nisan tak bernama
entah di rawa-rawa atau di sudut kota,
sejarah telah mencatatnya
peristiwa paling siksa.

Ya, Ibu, tak bertanda Desember kelabu itu
tiada mampu menguak takdir yang paling biru
walau sehasta gemeratakan membawa aba-aba.

Tidak! Tiada pertanda hidup atau mati
meski kemudian kita terkapar mati;
di tanah sendiri.

Keureutoe, 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Desember Tak Bertanda" karya Mahdi Idris adalah sebuah karya yang sarat dengan gambaran-gambaran alam dan perenungan akan kehidupan dan kematian.

Gelombang Alam dan Perenungan Manusia: Puisi ini menggunakan gambaran alam, seperti laut yang ganas dan badai yang mengerikan, untuk mencerminkan keadaan batin yang kacau dan penuh ketidakpastian. Gelombang laut yang bergelora mencerminkan pertarungan dan kegoyahan dalam hidup manusia.

Sentuhan Kehidupan dan Kematian: Penggambaran tentang kehidupan dan kematian hadir secara kuat dalam puisi ini. Ada penekanan pada kekerasan dan ketidakpastian yang melekat pada kehidupan, serta kenyataan akan akhir hidup yang tidak terduga dan tanpa pertanda.

Desember sebagai Simbol Kehancuran dan Kehilangan: Bulan Desember digambarkan sebagai waktu yang suram, penuh dengan ingatan yang menyakitkan dan kehilangan yang mendalam. Desember menjadi simbol kehancuran dan keputusasaan, di mana setiap detiknya membawa luka dan penderitaan.

Pemikiran tentang Kematian dan Takdir: Puisi ini juga merenungkan tentang kematian dan takdir yang tak terelakkan. Ada ketidakmampuan untuk memprediksi masa depan, dan kehampaan akan keberadaan manusia di hadapan takdir yang misterius.

Penutup yang Menyentuh: Puisi ini ditutup dengan refleksi tentang keterbatasan manusia di hadapan kehidupan dan kematian. Meskipun ada ketidakpastian dan keputusasaan, ada juga keindahan dan kekuatan dalam penerimaan akan takdir yang tak terelakkan.

Puisi "Desember Tak Bertanda" menggambarkan perjalanan emosional yang dalam dan kompleks, serta menyoroti keberadaan manusia dalam alam semesta yang luas dan tak terkendali. Melalui gambaran alam yang kuat dan bahasa yang mendalam, Mahdi Idris berhasil menghadirkan sebuah karya yang memprovokasi pemikiran akan kehidupan dan kematian.

Puisi
Puisi: Desember Tak Bertanda
Karya: Mahdi Idris
© Sepenuhnya. All rights reserved.