Puisi: Hujan Pertama (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Hujan Pertama" menawarkan gambaran yang kuat tentang perubahan, keintiman, dan harapan dalam menghadapi masa-masa sulit.
Hujan Pertama

hujan yang pertama luruh
setelah berbulan-bulan kemarau - panjang –
tak juga membuat kota ini basah
seperti bibirmu berwarna gincu
merayu ia untuk berenang - sejenak –
melupakan letih, menarikan musafir

kota yang dikelilingi laut
perahu-perahu sandar
di mana pula bandar?
rumah-rumah malam terang
namun sepanjang trotoar tetap remang

dan kau turun sebagai hujan
dari rambutmu memancur air
dari bibirmu tercipta anak-sungai
agar ia berteduh
melepas lenguh

- di sini tak perlu keluh -
hanya dengan 200 ribu
kau dapat berlabuh
sekadar menyegarkan pembuluh
di dalam kota tumpah angin
laut, - layar kapal mengembang –

jika takut masuk angin
merapatlah semakin ingin
hanya dengan 200 ribu,
katamu, ia akan berlayar
menembus laut hitam

kota-kota legam
dalam waktu yang diam
meninggalkan riuh
melambai pada sepi!
(kota ini kembali membawa
padanya ingatan
tentang persahabatan
dan perpisahan
tahun-tahun silam)

dan kini ia susuri
setiap nama jalan, gang,
ataupun lorong: mengingat
nomor-nomor rumah
yang kiranya sudah banyak berubah
dan lenyap oleh cuaca
kemarau tahun ini lebih lama

hujan yang pertama luruh
tak membuat kota ini basah
terdengar desah
ia makin gelisah!

Makasar, 2006

Analisis Puisi:

Puisi: "Hujan Pertama" karya Isbedy Stiawan ZS menggambarkan gambaran tentang hujan pertama setelah berbulan-bulan kemarau.

Metafora Hujan sebagai Pembebas: Hujan pertama di dalam puisi ini dapat diinterpretasikan sebagai simbol pembebasan atau kesegaran baru setelah masa kemarau yang panjang. Ini menciptakan suasana perubahan dan harapan baru di dalam kota.

Personifikasi Kota: Kota digambarkan sebagai entitas yang hidup, dengan perahu-perahu yang sandar dan rumah-rumah yang terang. Namun, meskipun ada kehidupan yang berlanjut, trotoar tetap remang, menunjukkan kontras antara kehidupan di siang hari dan suasana yang gelap di malam hari.

Hujan dan Keintiman: Deskripsi hujan yang mengalir dari rambut dan bibir menciptakan suasana keintiman dan pemurnian. Hujan menjadi metafora untuk pengaliran emosi yang tersembunyi atau penyejuk dari beban yang telah lama dipikul.

Referensi Biaya dan Perjalanan: Penyebutan biaya 200 ribu untuk berlabuh atau berlayar di laut hitam menunjukkan betapa pentingnya perjalanan dan pengalaman dalam kehidupan. Ini juga menggambarkan perasaan penat dan keinginan untuk melarikan diri dari rutinitas.

Nostalgia dan Perubahan: Puisi ini mengeksplorasi tema nostalgia dan perubahan. Tokoh dalam puisi merenungkan tentang perubahan dalam kota, mengingatkan tentang persahabatan dan perpisahan di masa lalu, sementara juga menyadari perubahan yang telah terjadi.

Desakan Emosional: Pada akhir puisi, suasana gelisah terdengar ketika hujan pertama tidak mampu membuat kota benar-benar basah. Ini menciptakan perasaan frustrasi atau ketidakpastian tentang masa depan.

Puisi "Hujan Pertama" menawarkan gambaran yang kuat tentang perubahan, keintiman, dan harapan dalam menghadapi masa-masa sulit. Dengan penggambaran yang kaya akan detail dan metafora, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti dari kehidupan dan perubahan yang terjadi di sekitar kita.

Puisi
Puisi: Hujan Pertama
Karya: Isbedy Stiawan ZS
© Sepenuhnya. All rights reserved.