Puisi: Hujan yang Lain (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Hujan yang Lain" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kehilangan, kesendirian, dan kehadiran dalam kehidupan manusia.
Hujan yang Lain

ada yang kuantar
ada yang kunanti
sesiang ini
saat peluh baru tumbuh
dan hujan benar-benar berlalu
akukah yang menangis
sebagai hujan yang lain?
kekasih terlalu pagi...

2010

Analisis Puisi:

Puisi "Hujan yang Lain" karya Isbedy Stiawan ZS adalah karya yang singkat namun sarat dengan makna dan emosi.

Tema Hujan sebagai Metafora Emosi: Hujan dalam puisi ini tidak hanya merupakan fenomena alam, tetapi juga menjadi metafora yang menggambarkan perasaan dan emosi manusia. Hujan sering kali diasosiasikan dengan kesedihan, kehampaan, atau perasaan yang mendalam. Dalam konteks puisi ini, hujan menjadi simbol dari kehampaan dan rasa kehilangan.

Perasaan Menunggu dan Kehadiran yang Tidak Ada: Pembaca diperkenalkan pada suasana menunggu dan kekosongan yang mendalam. Ada nuansa kerinduan dan harapan yang tergantung pada kehadiran seseorang atau sesuatu yang tidak jelas. Kata-kata "ada yang kuantar, ada yang kunanti" mencerminkan perasaan penantian yang tidak pasti, di mana seseorang menunggu sesuatu yang mungkin tidak pernah datang.

Perbedaan Waktu dan Persepsi: Pembaca dihadapkan pada kontras antara "saat peluh baru tumbuh" yang mengisyaratkan panasnya siang hari, dengan hujan yang telah berlalu. Ini menunjukkan perbedaan waktu dan persepsi, di mana satu orang mungkin mengalami kehangatan dan peluh, sementara yang lain merasakan kesedihan dan hujan.

Kesendirian dan Kehilangan: Kata-kata "akukah yang menangis sebagai hujan yang lain?" menegaskan perasaan kesendirian dan kehilangan. Pembaca dibawa ke dalam kesadaran akan ketidakpastian dan kerinduan yang dalam, di mana seseorang merasa terpisah dan kehilangan dalam kekosongan yang melingkupi.

Kesadaran akan Kehidupan yang Berlanjut: Meskipun puisi ini menyiratkan kesedihan dan kekosongan, ada juga kesadaran akan kehidupan yang terus berlanjut. Kata-kata "kekasih terlalu pagi" menggambarkan kehadiran yang telah berlalu atau tidak ada lagi, namun hidup terus berjalan.

Dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun kuat, Isbedy Stiawan ZS mampu menggambarkan perasaan manusia yang mendalam dan kompleks. Puisi "Hujan yang Lain" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kehilangan, kesendirian, dan kehadiran dalam kehidupan manusia.

Puisi
Puisi: Hujan yang Lain
Karya: Isbedy Stiawan ZS
© Sepenuhnya. All rights reserved.