Puisi: Mati di Laut Mana (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Mati di Laut Mana" karya Isbedy Stiawan ZS menggambarkan sebuah perjalanan emosional dan spiritual melalui metafora lautan dan kegelapan.
Mati di Laut Mana

di kamar gelap ini
kau menjelma jadi boneka
rebah di sudut ranjang
menatap langit-langit hitam
napasmu jadi lautan
menggelombang syahwat
mengantar kapal ke pelabuhan
dalam getar arloji
kukirimkan pula napasku
jadi gelombang
menggerakkan layar syahwat
memutarkan kelamin
menuju pelabuhan
sebentar. pantai serasa masih
di benak. tubuh masih
mengekalkan bau pasir. Aku
belum berani meninggalkan
bau sungai dan wangi tanah
gelap. kabut luruh. kamar
makin pekat, dan kau menjelma
jadi boneka di sudut ranjang
tapi, bukan aku di sisimu
bukan perahu ini
entah kau akan mati
di laut mana?

2003

Analisis Puisi:

Puisi "Mati di Laut Mana" karya Isbedy Stiawan ZS menggambarkan sebuah perjalanan emosional dan spiritual melalui metafora lautan dan kegelapan.

Metafora Lautan dan Kematian: Lautan sering kali digunakan dalam sastra sebagai simbol kematian atau perubahan. Dalam puisi ini, lautan merupakan metafora untuk perjalanan menuju kematian. Napas yang menjadi lautan menggambarkan aliran kehidupan dan akhirnya menuju akhir yang tak terelakkan.

Gelombang Syahwat dan Keinginan Manusia: Gelombang syahwat yang dihasilkan oleh napas menggambarkan keinginan dan nafsu manusia yang menggerakkan kapal ke pelabuhan. Ini mencerminkan dorongan manusia untuk mencapai tujuan-tujuan dunia yang duniawi dan sementara.

Kontras Antara Kehidupan dan Kematian: Penyair menciptakan kontras antara kehidupan dan kematian dengan mencatat bahwa tubuh masih mempertahankan bau pasir dan bau tanah gelap, sementara kamar menjadi semakin pekat dan gelap. Ini menyoroti perbedaan antara kehidupan yang berbau alamiah dan kehadiran kematian yang menyeramkan.

Kehadiran Keabadian dan Kehidupan Pasca-Kematian: Puisi ini menyentuh pada gagasan tentang apa yang terjadi setelah kematian. Penyair menggambarkan kamar yang semakin gelap sebagai simbol kegelapan keabadian, sementara penjelasan tentang "boneka di sudut ranjang" menyoroti kehadiran yang abadi dalam kegelapan.

Pertanyaan tentang Akhir: Puisi berakhir dengan pertanyaan yang kuat, "entah kau akan mati di laut mana?" Ini adalah pertanyaan tentang takdir, keabadian, dan misteri akhirat yang tidak pernah terjawab sepenuhnya.

Puisi "Mati di Laut Mana" karya Isbedy Stiawan ZS adalah perjalanan melalui gelombang emosi dan spiritual yang mendalam. Dengan menggunakan metafora laut dan kegelapan, penyair menggambarkan perjalanan manusia menuju kematian dan pertanyaan yang menyertainya tentang keabadian dan takdir.

Puisi
Puisi: Mati di Laut Mana
Karya: Isbedy Stiawan ZS
© Sepenuhnya. All rights reserved.