Puisi: Malam itu dalam Tempurung Kepalanya (Karya Sri Hartati)

Puisi: Malam itu dalam Tempurung Kepalanya Karya: Sri Hartati
Malam itu
Dalam Tempurung Kepalanya


Api di matanya memerciki gumpalan otak
pada siapa yang abaikan kuasanya mengendalikan
pada siapa yang tak lagi menyegalakannya
hingga ia tak bisa mencumbui diri dengan pujian
sebagai aku yang sudah pijari beberapa redup

Maka dari itu buminya langsung berpusing dengan cepat
mengubah malamnya menjadi teramat pekat
berangin kebencian yang berdesah ke telinga
lalu hitamlah seluruh binar-binar di pikirannya
dan bergelayutan jelaga dinding sanubari

Ia pun meradang,
menerjang semua tonggak
pada siapa yang telah mengguncang keakuannya
pada siapa yang membelah dunianya
hingga satu hasrat berteriak menyesaki dada

Yang dengan keras ia lupakan
yang dengan lantam ia muntahkan

Sesudah itu,
hening seheningnya
ia terhempas di sepi hatinya
dan kehilangan tuju.


Jakarta, 28 Juli 1997

Puisi: Malam itu dalam Tempurung Kepalanya
Puisi: Malam itu dalam Tempurung Kepalanya
Karya: Sri Hartati

Sri Hartati lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 3 Desember 1954 dan wafat 7 Maret 2001. Alumnus Arsitektur Lenskap Universitas Trisakti Jakarta. Kegiatan di bidang sastra dimulai dengan mengarang
cerpen dan puisi pada tahun 1981. Karya-karyanya dimuat dalam sejumlah media cetak, antara lain Harian MerdekaPos Kota MingguBisnis Indonesia Minggu. Karya-karyanya telah dibukukan dalam Trotoar (1997)Monolog Tengah Malam (1997)Gerbong (1998)Orang-orang Sakit (1999), dan Equator (2011).

Sri Hartati pernah menjadi wartawan tabloid Fokus Makassar. Selain itu juga pernah mengasuh bulletin intern seni budaya Koridor yang diterbitkan oleh Yayasan Cempaka Kencana.

Selain menggeluti sastra juga berkreativitas di dunia seni rupa. Ia banyak menghasilkan lukisan sebagai media ekspresi bagi puisi-puisinya, dengan kata lain puisi dan lukisannya merupakan refleksi timbal balik. Pada tanggal 25-31 Oktober 1997 pernah menggelar pameran tunggal di Bentara Budaya Yogyakarta dengan tema Puisi dalam Kanvas.
© Sepenuhnya. All rights reserved.