Puisi: Serenada Sulfatara (Karya Catur Stanis)

Puisi "Serenada Sulfatara" karya Catur Stanis adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kehebatan dan potensi bahaya gunung berapi. Puisi ini ....
Serenada Sulfatara


Tataplah matamu ke utara
tempat dimana sang raksasa
mendendangkan nyanyian sulfatara
menyungging senyum erupsi menjulurkan lidah lava

Raksasa yang sekian waktu diam di sunyi kediamannya
diam-diam mengulum dendam dan meletupkan gelisahnya
setelah berabad terendam dalam buai impian
merasa aman dan nyaman di bumi selatan

Kali ini bukanlah sekadar sesumbar
bila ia sanggup menimbun kotamu dengan lahar berhektar-hektar
muntahan material beribu-ribu, berjuta-juta, bermiliar-miliar
dari mual mulas perutnya siap menghajar dan membakar

Hendaknya kau mulai menghitung kembali
menata jarak memindai tindak
mengukur langkah menjaga amanah
agar percaya diri tak menebal jadi tinggi hati

Saatnya untuk mengupdate status kotamu
dari berhati nyaman menuju penuh kesiagaan
mencermati setiap gejala mengawasi tanda-tanda
mewaspadakan setiap jengkal kemungkinan

Ada baiknya kau sudahi saja sampai di sini
keangkuhan sikapmu itu yang senantiasa merasa aman
di bumi nan tak kunjung reda memanggang derita
berbalut fatamorgana.


Gg Ungaran, November 2010

Analisis Puisi:
Puisi "Serenada Sulfatara" karya Catur Stanis adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kehebatan dan potensi bahaya gunung berapi. Puisi ini memberikan serenada yang indah sekaligus memberikan peringatan bagi manusia untuk menghormati dan mewaspadai kekuatan alam yang tak terduga dari gunung berapi.

Pada awal puisi, penulis mengajak pembaca untuk menatap ke arah utara, tempat dimana gunung berapi berada. Gunung berapi digambarkan sebagai "raksasa" yang mendendangkan nyanyian sulfatara dan menyunggingkan senyum erupsi yang menakjubkan. Pemandangan ini menggambarkan kekuatan dan keindahan alam yang begitu menakjubkan, namun juga dapat menjadi ancaman bagi manusia.

Selama sekian waktu, gunung berapi dapat diam di kediamannya, tetapi dalam diamnya tersebut, ia mengendapkan dendam dan gelisahnya. Saat gunung berapi erupsi, ia melepaskan segala emosinya dengan meletupkan lahar dan material vulkanik. Hal ini mengingatkan manusia akan betapa kuatnya kekuatan alam dan bagaimana manusia harus selalu waspada terhadap potensi bahaya dari gunung berapi.

Puisi ini juga memberikan pesan tentang pentingnya mawas diri bagi manusia. Manusia diingatkan untuk tidak sombong dan berpikir bahwa mereka selalu aman di bumi. Mereka harus menghitung ulang, menjaga jarak, memantau tindakan, dan mengukur langkah untuk selalu berhati-hati dan waspada terhadap potensi bahaya gunung berapi.

Gunung berapi digambarkan sebagai simbol alam yang memproses dendam dan muncul secara tak terduga. Oleh karena itu, manusia diingatkan untuk mengubah sikapnya yang angkuh dan merasa aman dengan mewaspadai setiap tanda bahaya dan gejala alam yang tidak bisa diprediksi.

Keseluruhan puisi "Serenada Sulfatara" oleh Catur Stanis menghadirkan gambaran yang kuat tentang keagungan alam dan potensi bahayanya. Puisi ini mengajak pembaca untuk menghormati kekuatan alam yang luar biasa dan mengambil pelajaran tentang pentingnya kewaspadaan dan kesiagaan dalam menghadapi potensi bencana dari gunung berapi.

Puisi: Serenada Sulfatara
Puisi: Serenada Sulfatara
Karya: Catur Stanis
© Sepenuhnya. All rights reserved.