Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Padang Kota Tercinta, di Padang Kita Bercinta (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi "Padang Kota Tercinta, di Padang Kita Bercinta" karya Esha Tegar Putra menciptakan gambaran tentang kota Padang dengan segala kompleksitas, ...
Padang Kota Tercinta,
di Padang Kita Bercinta
- teringat sajak Leon Agusta & Rusli Marzuki Saria

Sebuah malam absurd dengan sepasang gagak yang bertengger di tiang katedral setengah roboh, langit dengan gerakan awan berhemburan tertembak cahaya lampu 10.000 watt, aroma garam-pala-merica lembab terkirim dari sebuah ruangan dan tajam aroma alkohol sampai dari ruangan lain—aku berusaha menulis sajak tentang kota di bawah perlintasan jalan dengan billboard besar bertuliskan: SELAMAT DATANG.

Aku jadi ingat Leon muda yang tahunan membangun kota dari bahasa sajak, juga Rusli muda yang dengan genitnya menulis kisah Puteri Bunga Karang di antara kisah percintaan purba lainnya di sehamparan pantai Padang.

Sebuah malam yang absurd, kota yang mabuk dalam beratus lagu ombak gila, beratus sumpah pembatuan manusia, serta orang-orang yang hibuk dengan siasat bercinta. "Kota ini, cintaku, dibangun dari getaran saluang dan dendang, dari alunan rebab dan gamad, juga aroma kamu di dalam kisahnya," aku bayangkan Leon dan Rusli muda serasa telah menghentikan ayunan ombak pada batu karang setelah membisikkan sajak pada pacarnya. "Di kota ini, cintaku, meski hujan bergerak lamban tapi dibenamkannya kita dalam bertahun cerita tentang pelayaran," dan seperti ada yang membenam di arah samudera sana, barangkali sebentang pulau, atau kapal-kapal gadang yang terhempas di antaranya.

Tapi pada sebuah malam yang absurd, sebuah malam di mana Leon dan Rusli entah ada di mana, aku dan beberapa teman penyair lain telah membangun beberapa ruang di bagian lain kota. "Di sini, cinta seperti kematian yang berulang, bunuh diri yang berkali, atau serupa celana sobek yang kita jahit kembali," gerutu yang serupa deru pecahan kaca toko dilempari batu, tembakan lampu 10.000. watt yang berlahan lindap, tulisan billboar serasa mengucapkan selamat jalan. Segalanya diam dalam bahasa sajak, segalanya beralih dari malam. "Padang kota tercinta, di Padang kita bercinta..." aku menulis sajak tentang kota di bawah perlintasan jalan dengan billboard besar, kisah percintaan yang hambar, dan segelas kopi dengan gula yang berulangkali ditakar.


Catatan:
'Padang Kota Tercinta' merupakan slogan kota Padang yang oleh pemerintahan diambil dari judul sajak Leon Agusta. Pada masa pemerintahan kini, slogan tersebut ditambahkan dengan kalimat 'Kujaga dan Kubela.' Sedangkan 'Puteri Bunga Karang' merupakan judul sajak Rusli Marzuki Saria, ia juga seringkali menulis sajak tentang padang salah satunya tentang Hiligoo.

Analisis Puisi:

Puisi "Padang Kota Tercinta, di Padang Kita Bercinta" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya sastra yang menciptakan gambaran tentang kota Padang dengan segala kompleksitas, kekacauan, dan romantisme yang ada di dalamnya. Puisi ini menggunakan bahasa dan gambaran yang kuat untuk menggambarkan atmosfer, perasaan, dan pikiran penyair terhadap kota tempat tinggalnya.

Penggambaran Malam Absurd: Puisi ini dibuka dengan gambaran tentang sebuah malam yang absurd, di mana elemen-elemen yang tidak lazim seperti sepasang gagak, langit dengan gerakan awan, dan berbagai aroma menyatu menjadi satu. Penggambaran ini menciptakan suasana misterius dan kontras yang menarik.

Kota yang Dibangun dari Bahasa Sajak: Penyair merujuk kepada para penyair terdahulu, Leon dan Rusli, yang dengan karya-karya sajaknya telah membangun citra dan keindahan kota. Penyair menyoroti pengaruh puisi dalam membentuk identitas dan persepsi tentang suatu tempat.

Kota yang Mabuk dalam Suara Ombak: Puisi ini menggambarkan kota Padang seakan-akan mabuk dalam suara ombak yang liar dan ribut. Suara ombak dan suasana kota yang gempar menciptakan citra dinamis dan tidak terkendali, serta kontras dengan keadaan kota pada saat-saat tenang.

Sentuhan Romantis dan Melankolis: Puisi ini mencampurkan unsur-unsur romantis dan melankolis dalam gambaran kota. Ada aroma cinta dalam cerita, tetapi juga ada kesedihan dan kerusakan yang muncul dari sekitarnya.

Perbandingan antara Sastra dan Kenyataan: Penyair menunjukkan perbandingan antara gambaran idealistik sastra tentang kota dengan kenyataan kehidupan sehari-hari. Sastra memberi warna dan makna pada kota, tetapi kenyataannya adalah tempat-tempat yang terlupakan, hubungan yang hampa, dan pengalaman yang kadang-kadang hambar.

Refleksi Individu dan Masyarakat: Puisi ini juga menggambarkan refleksi atas eksistensi individu dan masyarakat dalam kota. Gambaran malam absurd dan kekacauan mencerminkan kompleksitas kehidupan dalam masyarakat modern.

Puisi "Padang Kota Tercinta, di Padang Kita Bercinta" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kota Padang dalam berbagai aspek yang berbeda. Puisi ini memadukan unsur-unsur romantis, misterius, dan realistis untuk menciptakan gambaran yang kuat dan berwarna tentang kehidupan dalam kota. Melalui bahasa yang kaya dan penggambaran yang intens, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kompleksitas kehidupan dan perasaan yang terekam di dalamnya.

Esha Tegar Putra
Puisi: Padang Kota Tercinta, di Padang Kita Bercinta
Karya: Esha Tegar Putra

Biodata Esha Tegar Putra:
  • Esha Tegar Putra lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.