Analisis Puisi:
Puisi "Doa-Doa Desember" karya F. Rahardi membawa pembaca ke dalam suasana keputusasaan dan keharuan di tengah keseharian yang gelap.
Gelap dan Pahit: Puisi dibuka dengan penggambaran tentang diri yang "gelap" dan "pahit". Kata-kata ini menciptakan citra keadaan emosional yang suram dan mungkin merujuk pada perasaan kehilangan atau keputusasaan.
Bayangan-Bbayangan Gelap dan Pahit: Ungkapan "bayangan-bayangan gelap dan pahit" menyoroti ketidakpastian dan kesulitan yang mungkin menghantui kehidupan sehari-hari. Bayangan tersebut bisa mencerminkan beban pikiran atau konflik batin yang melanda.
Menulis, Menangis, Tertawa, Berdoa: Puisi mencantumkan serangkaian aktivitas manusia: menulis, menangis, tertawa, dan berdoa. Hal ini menciptakan gambaran kehidupan yang kompleks dan penuh dengan berbagai ekspresi emosional.
Doa kepada Tuhan: Penggunaan doa sebagai elemen dalam puisi menciptakan rasa harap dan penyerahan diri. Namun, keberadaan doa juga mencerminkan rasa kekosongan dan kebutuhan akan kehadiran Tuhan di tengah-tengah kesulitan.
Kantin sebagai Tempat Pertemuan: Puisi membawa pembaca ke sebuah kantin sebagai tempat pertemuan. Hal ini menciptakan gambaran keseharian yang sederhana namun menyentuh. Pertanyaan tentang kehadiran Tuhan di kantin menunjukkan keinginan manusia untuk merasakan kehadiran yang lebih besar dalam kehidupan sehari-hari.
Bicara untuk Kepastian: Baris "agar kita bisa bicara / agar kami punya kepastian-kepastian" menggambarkan keinginan akan pemahaman dan kepastian dalam hidup. Manusia mencari jawaban atau petunjuk yang dapat memberikan makna pada eksistensinya.
Keputusasaan dalam Pertanyaan: Pertanyaan "mengapa kau tak mau turun" menciptakan nuansa keputusasaan. Penggunaan kata "tak mau" menunjukkan ketidakresponsifan Tuhan, yang bisa diartikan sebagai bentuk penderitaan manusia yang tidak terjawab.
Desember sebagai Konteks Waktu: Pilihan untuk menggunakan bulan Desember dapat memberikan konteks waktu yang memberi nuansa khusus pada suasana puisi. Desember sering dianggap sebagai bulan penutup tahun, dan pemilihan ini mungkin merujuk pada refleksi akhir tahun yang melibatkan pertanyaan eksistensial.
Kebersamaan dan Harapan: Puisi merangkum keinginan akan kebersamaan dan harapan. Meskipun ada nuansa kegelapan dan keputusasaan, doa-doanya mencerminkan hasrat manusia untuk meraih makna dan kepastian melalui kebersamaan dengan Tuhan.
Secara keseluruhan, "Doa-Doa Desember" menciptakan suasana kehidupan yang terpahami oleh kegelapan dan keharuan. Puisi ini mengeksplorasi keseharian manusia, pertanyaan keberadaan, dan keinginan akan kepastian melalui doa dan pertemuan dengan yang lebih besar.
Karya: F. Rahardi
Biodata F. Rahardi:
- F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
