Puisi: Jimat (Karya F. Rahardi)

Puisi "Jimat" karya F. Rahardi adalah sebuah kritik sosial yang menggambarkan kepercayaan dan penggunaan jimat dalam masyarakat Indonesia.
Jimat

Jimat itu bulat
Warnanya cokelat
Tak bertangan, tak berkaki, tak bersayap
tapi mudah sekali pindah dari tas pejabat
ke dompet hostes
Dari kantung gali ke ransel polisi

Jimat itu gesit
Bisa terbang dari Jayapura ke Jakarta
tanpa tiket
Bisa melaju dari Gunung Kawi
ke Gunung Agung
dengan kecepatan 150 km per jam
tanpa ditilang polisi

Jimat itu keramat
Cina-cina Pasar Pagi biasa menaruhnya
di kolong meja
supaya dagangan laris
Petani tembakau di Wonosobo
biasa memasang jimat di ladang mereka
supaya tanaman jadi subur
dan kabut turun perlahan,
suhu dibawah sepuluh derajat Celcius
Tanah dicangkul, benih disebar,
pupuk ditaburkan
Rumput-rumput dibongkar dan dibuang
Daun-daun tembakau menghijau lalu dipetik
ditumpuk di keranjang, diusung ke kampung
diperam, dirajang, dijemur dan diasap
di para-para
di atas perapian
Berkat pengaruh jimat
lempengan-lempengan tembakau ikut jadi
keramat
sekali sedot langsung teler

Jimat itu memang keramat
Diam-diam para pejabat sering menyimpannya
di tempat yang aman
Biar cepat naik pangkat
Minimal kursi bisa tetap lestari

Perempuan-perempuan nakal
yang biasa menjual diri di lokalisasi
kadang-kadang juga berjimat
Maksudnya supaya dagangan jadi laris
Juga biar tambah kuat, bisa sampai empat atau
lima kali sehari
Lampu temaram, ember plastik disiapkan,
kaset dang-dut diputar
keras-keras
Lipstik digosokkan di bibir,
merah-merah dioleskan di pipi
Parfum disemprotkan di tempat-tempat vital

Jimat dililitkan di leher, diselipkan di kutang
dan diselonongkan di kolong dipan
Tamu-tamu datang dengan tegang
Mereka minum bir, mencolek-colek,
memeluk-meluk
dan memompa ban motornya yang kempes
Jimat memang ampuh dan keramat
Perempuan baik-baik yang tak berjimat
bisa jadi perawan tua
Perempuan nakal yang tak berjimat
bisa seminggu tak kedatangan tamu

Jimat memang hebat
Corolla DX warna putih masih dengan plat toko
Meluncur di Jalan Tol Jagorawi
Si Oom limapuluh tahun perutnya kedodoran,
syahwatnya tambal-sulam
Tapi di sebelahnya duduk mengepit tas
dan menyilangkan paha
Gadis delapanbelas tahunan berseragam SMA
“Kita ke tempat biasa atau kemana Oom?”
“Yah, kemana aja you suka,
Oom menurut saja.”
Bungalow bercat biru mengapung di atas kabut
di Ciloto
Gorden berkibaran dilambaikan angin
Kasur gemetar di kamar, dipan berkeringat,
bantal lunglai di atasnya
Si Oom tak berdaya
“Aku perlu jimat, aku harus kuat,
aku direktur,
Meski sudah limapuluh tahun,
seleraku masih remaja
aku musti bisa tundukkan anak-anak es-em-a.”

Corolla DX warna putih meluncur ke arah
Banten
Melaju menuju Tasik dan parkir di gang becek
Di depan rumah gedek, pabrik segala macam
jimat
Si Oom limapuluh tahun, perutnya kedodoran
tapi dia harus kuat, dia perlu jimat
berupa apa saja asal terbukti berkhasiat

Di masa pembangunan ini, jimat tetap pegang
peranan
Keris jadi komoditi laris, batu akik makin
menarik
Kuku macan dan taring beruang ramai
diperdagangkan
Kepala-kepala kerbau dipangkas dari lehernya
dan ditanam saat peletakan batu pertama
sebuah proyek bangunan
Jimat memang tetap penting dan perlu dijaga
kelestariannya
Sebagai warisan budaya bangsa yang sangat
berharga

Jimat yang baik mahal harganya
Batu akik sebesar telur kadal,
asal keramat dan punya khasiat
Harganya bisa sama dengan sebuah SD Inpres
Keris karatan dari kuburan,
kalau tuahnya besar
Harganya bisa cukup untuk mengongkosi
lima orang naik haji

Dalam situasi resesi ekonomi seperti
sekarang ini
Bisnis jimat merupakan alternatif usaha
yang lumayan menguntungkan
Daripada nganggur atau jadi gali
mending keliling kampung cari jimat apa saja
lalu disetor ke toko-toko khusus atau bursa
tetap aneka jimat
Ini usaha halal, tak melanggar hukum dan sah
dilakukan

Tapi ada yang bilang jimat itu tahayul
Musyrik, berhala, kembali ke jaman batu
dan sebagainya
Itu salah Mahasiswa-mahasiswa Pasca Sarjana
kita banyak
yang bisa membuktikan
otak para Profesor
Sarjana-sarjana baru yang habis diwisuda dan
masih bau toga
banyak yang percaya bahwa jimat dapat
mempercepat
datangnya kerjaan
remaja lulusan SMA tak jarang juga senang
jimat
Buat menggedor gerbang universitas
menempeleng guru galak dan menggauli
teman putrinya yang sexy
Jimat juga bisa bikin teler
tanpa perlu minum-minum
nyuntik, ngegelek atau menelan pil
Anak-anak kecil putus sekolah juga sering
dibekali jimat
oleh Pak De nya
buat merayu para calon orangtua asuh
Jadi jimat itu fakta nyata yang bisa
dipertanggungjawabkan
dari segi ilmiah dan juga dari segi agama
Nabi Musa punya jimat sebuah tongkat
Ken Arok berjimat keris sakti Empu Gandring
Dan Anoman serta Brotoseno punya jimat
kuku pancanaka

Jimat itu ampuh
Ujudnya memang sepele
Kadang-kadang harganya juga murah
Sering diobral seribu tiga di kakilima
Tapi daya gaibnya terbukti tinggi
Tentara yang sudah punya bedil dan granat
Penya meriam, bisa naik panser,
goncengan helikopter
bahkan boleh ngumpet di dasar laut dengan
kapal selam
Toh masih banyak yang belum betul-betul
mantap
manakala belum melengkapi diri dengan jimat
yang mungkin hanya berupa sebuah batu akik
mungkin juga sebuah keris kecil warisan
dari kakinya
atau apa saja termasuk potret pacar bagi tentara
yang masih lajang
Yang penting berkat jimat hati jadi mantap
Peluru berdesing menyerempet kuping
Granat meledak menimpuk tengkuk
Tank terjengkang, panser kelengar,
kapal selam mual
dan memuntahkan torpedo
Dalam situasi gawat seperti ini tentara berjimat
tambah bersemangat
supaya selamat dan cepat naik pangkat
kadang-kadang tentara memang perlu berjimat
dan pintar menjilat pantat komandan

Jimat itu sungguh keramat
Lain dengan fulpen atau sisir yang boleh
dikantungi
sembarangan
jimat harus disimpan di tempat yang tepat
“Cu,” pesan kakek pemberi jimat
“Kalau lagi kencing atawa beol,
lepas dulu itu jimat
dan taruh di tempat yang sopan
Kalau cucu ada hajat menggauli perempuan
jimat juga musti ditanggalkan
nanti kalau sudah selesai boleh dipakai lagi.”

Jimat memang keramat, serbaguna dan
tahan lama
Ingin badan jadi kuat tak perlu minum
multivitamin atau jamu
sehat lelaki
Senam kesegaran jasmani tiap Jum’at pagi
juga tak banyak faedahnya
Cukup sebuah jimat hasil menyepi
di tempat keramat
Pesan pada Mbah Dukun, pada paranormal
atau beli langsung di bursa tosan aji
Ingin naik kelas atau disayang mertua?
Jimatnya sudah ada
Ingin jadi seniman kenamaan?
Kantungi sebuah jimat
Penyair harus pakai akik kecubung kasihan
biar dikerubuti janda kembang atau
istri tetangga
Pelukis mesti punya popok wewe
untuk digosokkan ke kanvas
dan lukisan akan jadi semahal rumah Perumnas
dan laris bagai
kue pukis
Penyanyi dan artis film pipinya harus dicolok
susuk emas
susuk intan atau platina
Hingga dijamin tetap lestari bertengger
di puncak tangga
atau jadi pelanggan piala Citra
Jimat memang jelas keramat dan serbaguna

Asap bergulung-gulung menyumbat langit
Ibukota yang kegerahan
Api melalap pasar, membakar gedung-gedung
bertingkat
dan menggusur Tanah Abang Bongkaran
Dinas Kebakaran loyo, mobil tangga kehabisan
tenaga
“Kami perlu jimat, honor juga harus meningkat
Beri kami keris singkir geni.”

Halaman koran dan majalah bersimbah darah
Polisi kehabisan nyali
Gali sudah dikarungi tapi perampokan makin
menjadi-jadi
Toko emas gemetar, Satpam cuma jadi pajangan
“Beri kami jimat buat ditanam majupat
di empat arah mataangin

Jimat memang serbaguna dan cocok
untuk siapa saja
Tegasnya, jimat harus dimasyarakatkan dan
masyarakat harus
dijimatkan

Mendung tebal menambal atap Stadion Utama
Senayan
Olahragawan kita pingsan, atlet mencret
pecinta bola jadi setengah gila
Pengurus olahraga dimonopoli pejabat
dan bintang-bintang lapangan nampang di koran
jadi model iklan batu baterai, minuman ringan
dan odol
“Pelatnas harus digusur dari Senayan,”
teriak wartawan
“Mereka perlu banyak makan daging dan telur
dan madu,”
instruksi pembina
“Tidak! Para pembina dan pengurus itu
yang harus dibina,” teriak
penonton dari tribun

“Salah semua,” ujar paranormal
“Olahragawan dan olahragawati kita sehat-sehat
semua
cuma mereka perlu jimat besi kuning
kulit kerbau landoh atau tangkur buaya

Jimat itu dambaan masyarakat
Orang tak hanya perlu makan
Beras sudah melimpahruah dan harganya
sangat murah
Masyarakat juga tak sekedar inginkan Tuhan
Gereja dan mesjid sudah dibangun
di mana-mana
Tapi pabrik jimat kita belum punya

Angin menyisir pantai laut selatan
Air menetes dari stalagtit gua keramat
di Gunung Kidul
Jimat dikejar, ditunggu dan dijerat dengan
macam-macam mantera
Beringin tua menjulurkan akar-akarnya
Ratusan mata melotot semalam suntuk
menunggu jatuhnya jimat
Gunung Kawi menyebarkan dupa wangi
Ribuan tangan menengadah menunggu
pembagian jatah jimat
Jimat memang tetap penting dan didambakan
masyarakat

Malam Jum’at Kliwon mengangkang
Bunga dan kemenyan berpelukan
Jutaan mulut berkomat-kamit membaca
jampi-jampi
Jimat berjingkat-jingkat mendekat
Malam Jum’at Kliwon menggeliat
dan jimat jatuh ke haribaan pemesan

Pembangunan kian laju berjalan
Bulan Suro menyeringai di penanggalan
Gedung-gedung bertingkat mencuat
di kiri-kanan jalan
Komputer menyusup sampai ke sumsum
dan persendian
Tapi jimat tetap keramat, dirawat
diberi sesaji dan dimandikan

Udara panas
Pak guru kegerahan dalam kelas
Mulut pendeta berbusa, kiyai tetap giat
mengajar para santri
“Jimat itu omong kosong dan gombal.”
Tapi di kakilima akik berkhasiat makin gencar
diobral
Bursa tosan aji dibuka dengan resmi
Jimat memang tetap jadi komoditi penting
Jimat itu persegi
Baunya wangi
Tak bermulut, tak berperut
Tapi mudah sekali mencaplok dan menelan
otak bangsa kita

Jimat itu bulat
Warnanya cokelat
Tak bisa pidato, tak bisa nyanyi,
tak pernah kasih instruksi
tapi rayuannya maut
Jutaan mata serentak terpejam
Mulut komat-kamit, tubuh sempoyongan
mabuk kemenyan
lalu pingsan dengan jimat di tangan
dan slogan pembangunan di angan-angan.

Jakarta, Desember 1985

Analisis Puisi:
Puisi "Jimat" karya F. Rahardi adalah sebuah kritik sosial yang menggambarkan kepercayaan dan penggunaan jimat dalam masyarakat Indonesia.

Penggambaran Jimat: Puisi menggambarkan jimat sebagai objek keramat yang memiliki kekuatan magis dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari. Jimat digambarkan memiliki kemampuan untuk memengaruhi keberuntungan, keselamatan, dan keberhasilan seseorang dalam berbagai aspek kehidupan.

Peran Jimat dalam Masyarakat: Puisi menggambarkan betapa pentingnya jimat dalam masyarakat Indonesia. Jimat dianggap sebagai sarana untuk mencapai keberhasilan, kesejahteraan, dan perlindungan dari berbagai bahaya. Hal ini tercermin dari berbagai kegiatan dan profesi yang digambarkan dalam puisi, mulai dari para pejabat, petani, perempuan nakal, hingga tentara dan olahragawan.

Kritik terhadap Kecanduan Jimat: Puisi mengkritik fenomena kecanduan terhadap jimat dalam masyarakat. Penggambaran orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat yang mengandalkan jimat untuk meraih kesuksesan dan keberuntungan menyoroti kelemahan mental dan ketergantungan yang muncul akibat kepercayaan berlebihan terhadap benda keramat.

Kontradiksi dan Ironi: Puisi menggambarkan kontradiksi antara kepercayaan terhadap jimat dengan kemajuan teknologi dan peradaban manusia. Meskipun masyarakat hidup di era modern dengan segala kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, kepercayaan pada jimat masih tetap kuat dan bahkan semakin berkembang.

Tinjauan terhadap Budaya dan Tradisi: Puisi juga menggambarkan bagaimana kepercayaan terhadap jimat menjadi bagian dari budaya dan tradisi masyarakat Indonesia. Meskipun ada kritik terhadap kecanduan terhadap jimat, namun puisi juga menunjukkan bahwa kepercayaan ini merupakan bagian dari identitas dan warisan budaya yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat.

Panggilan untuk Refleksi: Melalui puisi ini, F. Rahardi memanggil pembaca untuk merenungkan dampak dan implikasi dari kepercayaan terhadap jimat dalam masyarakat. Puisi ini mengajak untuk mempertanyakan kebenaran dan keefektifan dari kepercayaan tersebut, serta mengingatkan akan pentingnya kritis dalam menghadapi fenomena keagamaan dan kepercayaan spiritual.

Dengan menggambarkan kompleksitas dan implikasi kepercayaan terhadap jimat dalam masyarakat Indonesia, puisi "Jimat" karya F. Rahardi memberikan lapisan pemahaman yang dalam tentang budaya, tradisi, dan realitas sosial yang kompleks di Indonesia.

Floribertus Rahardi
Puisi: Jimat
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.