Puisi: Nasihat Nenek pada Cucu Laki-lakinya yang Sedang Patah Hati (Karya F. Rahardi)

Puisi "Nasihat Nenek pada Cucu Laki-lakinya yang Sedang Patah Hati" menggambarkan interaksi antara generasi yang lebih tua dan lebih muda.
Nasihat Nenek pada Cucu Laki-Lakinya yang Sedang Patah Hati


Seorang Nenek yang sendirian
memberikan nasihat pada Cucunya
yang sedang patah hati dan
tidur tengkurap di bangku kayu
di halaman rumah

Nenek itu sudah tua
dia berkonde dan berkebaya
melantunkan nasihatnya sambil
menyapu daun-daun jambu yang
mengotori halaman rumah
waktu itu matahari siang pas di ubun-ubun

“Cucuku,” kata Nenek itu sambil
mengangsrukkan sapunya
“Patah hati itu jelek,
Batari Durga akan datang dan menerkam
tengkukmu manakala kau tidur tengkurap
di situ”.

Cucu itu tetap tidur tengkurap
di bangku kayu
Nenek itu tetap menyapu dan terus
melanjutkan nasihat

“Kambing adalah kambing Cu,
bukan babi bukan unta bukan sapi
kambing tak pernah menggonggong
atau mencuit
kambing selalu makan rumput
dan daun-daunan
kambing selalu mengunyah rumput
pelan-pelan lalu ditelannya
dan sambil santai
rumput-rumput itu kembali ditariknya
dari perut, dikunyah lagi sambil
merem melek sampai lembut lalu
kembali ditelan lagi
kambing tak pernah menangis Cu
apalagi patah hati”.

Udara siang tak seberapa gerah
lantaran angin sepoi datang dari
sela pohon jambu.

Cucu itu tetap tidur tengkurap
dan patah hati
Nenek itu terus melantunkan nasihat
dan mengangsrukkan sapu

“Cu, pernahkah kau melihat
mobil jalan sendirian?
Mungkinkah burung beo tahan
tak makan dan tak minum
sampai dua bulan?

Sudahlah Cu, lupakanlah hal-hal
yang memang harus dilupakan
dan ingatlah hal-hal yang memang
mesti diingat”.

Bangku kayu itu keras
sapu yang diangsruk-angsrukkan
Nenek itu juga keras
hanya matahari yang lembut
muncul di sela daun-daun
jambu

Cucu itu tetap tengkurap
tetap patah hari dan Nenek itu tetap melanjutkan
menyapu dan melantunkan
nasihat

“Cu, dunia ini tak cuma selebar
celana kolor
jalanlah lurus masuk gang itu
dan kau akan sampai ke terminal bis
dari sana kau dapat terus
ke stasiun kereta api, ke pelabuhan
atau ke bandara udara
kalau kau memang mampu beli
tiket untuk terbang, kau
pasti akan sampai ke Amerika,
Australia atau ke Bangladesh
di sana kau dapat makan
hamburger
minum bir sampai kembung
dan nonton film koboi
jadi buat apa patah hati
Cu?”

Cucu itu malah mengigau
lalat yang hinggap di pipinya
didiamkannya saja
dan Nenek itulah kemudian yang
menggebuk si lalat dengan
sapunya

“Nah, kena kau lalat
mampus kau sekarang
orang ada anak lagi patah hati
kok diganggu”.

Nenek itu melanjutkan pekerjaannya
dan Cucu itu juga meneruskan
tidurnya, tengkurap di atas
bangku kayu sambil terus
berpatah hati.

“Cu, ingatlah pada ilmu matematika
bukankah dua ditambah dua itu
selalu ada empat?
bukankah empat dikurangi satu selalu ada tiga?
tengoklah buku matematikamu
atau tanyalah langsung pada Pak Guru
menulis angka enambelas itu
selalu satu dulu baru enam
aku tahu Cu
aku tahu dengan pasti karena
dulu pernah muda
seratus dan seribu memang lebih
banyak sejuta
aku tahu Cu
aku tahu keadaanmu!!”

Cucu itu kaget karena seekor
semut menyelinap ke dalam celananya
dia bangun sebentar
merogoh semut itu lalu tengkurap
lagi. Nenek itu berhenti sebentar
mengangsruk-angsrukkan sapu
dan menoleh pada Cucunya
lalu kembali menyapu lagi.

“Jadi itulah falsafah hidup Cu
orang itu harus selalu berak dan
kencing pas pada waktunya
janganlah hal demikian terlalu ditahan-tahan
orang hidup harus makan dan minum
orang habis berak harus
cebok dan cuci tangan
kalau kau batuk atau bersin jangan
diarahkan kemuka orang
lebih-lebih kentut
belajarlah kesopanan
berhentilah makan kalau sudah
kenyang dan jangan sekali-kali
mengambil lauk yang sudah ada
di piring orang”.

Matahari bergeser ke pelipis kiri
Nenek itu terus menyapu
Cucu itu terus tengkurap dan tidur
Nenek itu terus melanjutklan
nasihatnya.

“Aku sudah tua Cu
sebentar lagi pasti mati
lalu dikubur ramai-ramai
dan jadi tanah
lalu kau akan terus tengkurap di situ
sampai jadi mumi atau
jadi fosil dengan hatimu
yang patah-patah
Begitu?
Imposibel!”

Cucu itu kembali mendengkur
Nenek itu terus menyapu
dan matahari makin tergelincir
ke arah pipi
udara sore mulai terasa dingin
Nenek itu mulai kehabisan lahan
untuk disapu
halaman sudah bersih
tapi ia tak kunjung kehabisan bahan
untuk dinasihatkan
diapun masuk ke dalam rumah
lalu menasihati kucing
kecoak dan ikan lele yang
akan digorengnya.

kau akan disembelih lalu dagingnya
akan diberi bumbu dan dicelup minyak panas
tapi kau tenang. Tapi lihatlah
Cucuku itu
dia belum diapa-apakan dan
memang tidak akan pernah
diapa-apakan
tapi dia tengkurap di bangku kayu
dan dia juga terus mendengkur
dan berpatah hati
peduli amat
sekarang aku mau
masak.


1990

Sumber: Pidato Akhir Tahun Seorang Germo (1997)

Analisis Puisi:
Puisi "Nasihat Nenek pada Cucu Laki-lakinya yang Sedang Patah Hati" karya F. Rahardi adalah karya sastra yang menggambarkan interaksi antara seorang nenek dan cucunya yang sedang mengalami patah hati. Puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang nasihat-nasihat yang disampaikan oleh nenek kepada cucunya yang sedang dalam kesedihan.

Pemandangan dan Perasaan: Puisi ini membuka dengan deskripsi pemandangan di mana cucu tidur tengkurap di bangku kayu di halaman rumah nenek. Ini menciptakan suasana yang tenang dan merenung, di mana nenek memberikan nasihatnya. Pemandangan ini menciptakan latar belakang untuk pesan-pesan yang akan disampaikan.

Nenek Bijak: Nenek dalam puisi ini digambarkan sebagai sosok bijak dan penuh pengalaman. Dia mengenakan kebaya dan berkonde, yang mungkin mencerminkan budaya dan tradisi Jawa. Nenek ini memberikan nasihat kepada cucunya dengan penuh kesabaran, meskipun cucunya tetap tidur dan tidak merespon.

Patah Hati: Tema utama dalam puisi ini adalah patah hati. Nenek mencoba menghibur cucunya yang sedang patah hati dengan cara memberikan nasihat dan perbandingan yang unik. Dia menggunakan perbandingan seperti "kambing tidak pernah menangis" untuk menggambarkan bahwa mengeluh tidak akan membantu mengatasi patah hati.

Pengetahuan dan Keluguan: Nenek dalam puisi ini juga mengajarkan cucunya tentang kehidupan dan etika. Dia memberikan contoh bagaimana kambing makan dan mengunyah rumput secara santai, menggambarkan sifat-sifat kambing yang tidak pernah menangis atau mengeluh. Hal ini menciptakan perbandingan antara kealaman alam dan keluguan manusia.

Kesan Sastra: Puisi ini memiliki kesan sastra yang kuat melalui penggunaan bahasa yang deskriptif dan imajinatif. Penggunaan gambaran tentang matahari, sapu, dan pemandangan menciptakan suasana yang kaya dalam puisi ini. Puisi ini juga menggunakan retorika untuk menekankan pesan-pesan yang disampaikan oleh nenek.

Akhir yang Puitis: Puisi ini berakhir dengan nuansa yang puitis, menggambarkan matahari yang tergelincir dan udara yang mulai terasa dingin. Nenek kembali ke dalam rumah dan mencari bahan lain untuk dinasihatkan, termasuk kucing, kecoak, dan ikan lele yang akan dimasaknya. Puisi ini menciptakan kontras antara kehidupan sehari-hari dan nasihat yang dalam yang diberikan oleh nenek.

Makna Keseluruhan: Puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya melupakan patah hati dan menjalani kehidupan dengan kesabaran dan kebijaksanaan. Nenek mengingatkan cucunya bahwa kehidupan terus berlanjut, dan ada banyak hal yang lebih penting daripada terus mencekam rasa sakit hati. Ini adalah pesan yang berharga tentang penanganan emosi dan kepandaian dalam menghadapi perasaan patah hati.

Puisi "Nasihat Nenek pada Cucu Laki-lakinya yang Sedang Patah Hati" adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan interaksi antara generasi yang lebih tua dan lebih muda. Puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang kebijaksanaan dan penghiburan yang dapat diberikan oleh orang yang lebih tua kepada mereka yang sedang mengalami kesulitan emosional.

F. Rahardi
Puisi: Nasihat Nenek pada Cucu Laki-lakinya yang Sedang Patah Hati
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.