Puisi: Sepotong Senja di Kotamu (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Sepotong Senja di Kotamu" menghadirkan sebuah perenungan terhadap keindahan senja yang teramati melalui televisi, serta perasaan kekaguman ...
Sepotong Senja di Kotamu
buat: Medy

ada yang bercerita, tentang senja, maghrib yang lengang di televisi,

aku tatapi senja, "aduh seno, jangan kau potong senjaku... biarlah alina.. biarlah." senja begitu indah, cahaya disela awan,

bahtiar,  mochtar, ada yang nyala di buku, seperti

mimpi

Depok, 1999

Analisis Puisi:

Puisi "Sepotong Senja di Kotamu" menghadirkan sebuah perenungan terhadap keindahan senja yang teramati melalui televisi, serta perasaan kekaguman terhadap keindahan alam yang terwakili oleh senja itu sendiri.

Perwakilan Senja sebagai Keindahan Alam: Puisi ini menggambarkan senja sebagai momen yang indah dan menakjubkan, dengan cahaya yang bersinar di antara awan. Senja di sini bukan hanya sekadar peristiwa alam, tetapi juga menjadi simbol keindahan alam yang mempesona dan menginspirasi.

Interaksi Personal dengan Senja: Penyair secara personal berinteraksi dengan senja yang diamati melalui televisi. Dia meminta agar senja tidak dipotong, mungkin sebagai ungkapan agar keindahan alam tersebut tetap utuh dan tidak terganggu oleh kegiatan manusia. Ini mencerminkan rasa keterhubungan dan keterlibatan emosional penyair terhadap alam.

Asosiasi dengan Nama-Nama: Puisi ini menyebutkan beberapa nama seperti Seno, Alina, Bahtiar, dan Mochtar. Nama-nama ini mungkin memiliki makna atau asosiasi yang lebih dalam bagi penyair, tetapi juga dapat diinterpretasikan sebagai karakter atau individu yang hadir dalam pikiran atau perasaan penyair saat melihat senja.

Simbolisme Mimpi: Penyair menyebut mimpi sebagai sesuatu yang "nyala di buku", yang mungkin mengisyaratkan tentang harapan, aspirasi, atau imajinasi penyair yang tercermin dalam karya sastra atau tulisan. Mimpi di sini bisa menjadi simbol dari keinginan atau tujuan hidup yang ingin dicapai oleh penyair.

Keindahan dalam Kesederhanaan: Puisi ini menyoroti keindahan yang terdapat dalam momen-momen sederhana sehari-hari, seperti menatap senja melalui televisi. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan dan menghargai keindahan yang ada di sekitar, bahkan dalam hal-hal yang mungkin dianggap sepele atau biasa.

Dengan demikian, puisi "Sepotong Senja di Kotamu" adalah sebuah puisi yang menghadirkan gambaran tentang keindahan alam dan momen-momen sederhana dalam kehidupan sehari-hari, serta interaksi personal penyair dengan keajaiban alam yang teramati.

Puisi
Puisi: Sepotong Senja di Kotamu
Karya: Nanang Suryadi
© Sepenuhnya. All rights reserved.