Puisi: Senja, Senjaku (Karya Trisno Soemardjo)

Puisi "Senja, Senjaku" karya Trisno Soemardjo mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan manusia dengan alam dan makna dalam perubahan waktu.
Senja, Senjaku

Senja, senjaku
senja tua menerawang terang:
biru, jingga, lembayung,
sapuan pensil matahari
yang minta-diri.

Senja, senjaku,
panasmu diserap bumi,
dimana aku bermimpi
tentang bunga dan manusia,
tentang bulan dan bumi,
dan bila mimpi sudah lanjut,
semua itu akan larut
bersamaku dalam kabut.

Subuh sudah begitu jauh,
siang seolah baru lewat
dan senja berlalu lambat –
sukurlah – biar aku bersiap-siap
menantikan alam gelap.

Malam, malamku,
tak akan kulihat engkau lewat,
sebab aku tidur nanti, tidur lelap.

Malam, malamku
kau tercipta paling tenang,
kau sumber subuhku, siang dan senja.

Kepunyaanmu segala warna
pulang padamu segala suara,
dan di ramimmu bertahta
Hidup semesta.

28 Februari 1969

Sumber: Horison (Juni, 1969)

Analisis Puisi:

Puisi "Senja, Senjaku" karya Trisno Soemardjo adalah sebuah refleksi tentang keindahan dan kedalaman makna dalam alam, khususnya terkait dengan perubahan waktu dari senja hingga malam.

Penggambaran Senja: Senja digambarkan sebagai waktu yang penuh dengan warna-warni yang indah, seperti biru, jingga, dan lembayung. Ini menciptakan gambaran visual yang kuat tentang keindahan alam saat matahari hampir tenggelam.

Penafsiran tentang Senja: Penyair merenungkan tentang makna dan perubahan dalam senja. Dia melihat senja sebagai waktu refleksi pribadi dan alamiah yang memunculkan pemikiran tentang kehidupan, alam, dan alam bawah sadar.

Penghubungan antara Senja dan Mimpi: Ada pengaitan antara senja dan mimpi dalam puisi ini. Senja menjadi saat di mana pemikiran dan imajinasi terbang bebas, seperti saat bermimpi tentang bunga, manusia, bulan, dan bumi. Hal ini menciptakan suasana magis dan kontemplatif.

Kedalaman Waktu: Penyair menyampaikan kedalaman waktu melalui pernyataan bahwa subuh sudah begitu jauh, siang seolah-olah baru lewat, dan senja berlalu lambat. Ini menciptakan pemahaman tentang bagaimana waktu terasa panjang dan dalam dalam pemikiran dan pengalaman manusia.

Perjumpaan dengan Malam: Malam digambarkan sebagai saat ketenangan yang penuh dengan warna dan suara alam. Pemahaman penyair tentang malam adalah bahwa ia adalah sumber dari semua kehidupan dan warna-warni alam semesta.

Penghormatan terhadap Alam Semesta: Puisi ini mencerminkan penghormatan dan kekaguman penyair terhadap alam semesta. Penyair mengakui kehadiran alam sebagai sumber keindahan, kedamaian, dan inspirasi dalam kehidupan.

Puisi "Senja, Senjaku" adalah ungkapan yang indah tentang pengalaman puitis seseorang terhadap alam dan waktu. Dengan penggunaan bahasa yang indah dan gambaran yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan manusia dengan alam dan makna dalam perubahan waktu.

Puisi Trisno Soemardjo
Puisi: Senja, Senjaku
Karya: Trisno Soemardjo

Biodata Trisno Soemardjo:
  • Trisno Soemardjo (dieja Trisno Sumarjo) lahir pada tanggal 6 Desember 1916 di Surabaya.
  • Trisno Sumardjo meninggal dunia pada tanggal 21 April 1969 (pada usia 52 tahun) di Jakarta.
  • Trisno Sumardjo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 1945.
© Sepenuhnya. All rights reserved.