Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Monolog Ibu Malin Kundang (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Monolog Ibu Malin Kundang" karya Tjahjono Widarmanto mencerminkan perasaan, ketulusan, dan penerimaan ibu terhadap nasib yang telah dialami ...
Monolog Ibu Malin Kundang


Malin, anakku
aku tahu tabu tubuhku untuk kau sentuh
aku tahu tubuh tuaku akan mengundang malu
karena itu aku pilih untuk berdiri di sudut paling jauh
sekadar melambai pada kepulanganmu
biarlah ibu cukup sekadar memanjangkan kenangan
buat anaknya yang telah jadi garuda menangkan pengembaraannya

Malin anakku,
kuikhlaskan kau mencatat jejak sendiri
menggurat telapak nasib sendiri
tak pernah tersirat di hati renta
langkah tuaku jadi kuda beban kakimu
lihatlah, aku tersenyum menatapmu
aku tersenyum melihat matahari bersinar di kepalamu
kuikhlaskan engkau membuat silsilah sendiri

Malin, tak mungkin kukutuk engkau
sebab engkau adalah anakku
sebab aku adalah ibumu
berlayarlah dengan mataharimu
biarlah ibu cukup jadi saksi yang membantu


Analisis Puisi:
Puisi "Monolog Ibu Malin Kundang" karya Tjahjono Widarmanto adalah monolog dari ibu Malin Kundang yang mencerminkan perasaan, ketulusan, dan penerimaan ibu terhadap nasib yang telah dialami oleh anaknya. Puisi ini menggambarkan kesedihan, pengorbanan, dan sikap bijak seorang ibu dalam menghadapi pilihan dan perjalanan hidup anaknya.

Tema Pengorbanan dan Penerimaan: Tema utama dalam puisi ini adalah pengorbanan dan penerimaan seorang ibu terhadap pilihan dan perjalanan hidup anaknya. Ibunya menyatakan pemahaman dan penerimaan atas keputusan Malin Kundang, meskipun itu berarti mereka berpisah dan ia tidak dapat menyentuhnya lagi.

Perasaan Tulus Ibu: Puisi ini mengungkapkan perasaan tulus seorang ibu yang mengerti batas-batas norma dan hubungan mereka. Meskipun hatinya mungkin ingin memeluk anaknya, ia mengerti bahwa tubuhnya akan mengundang malu dan tabu, sehingga ia memilih untuk menjaga jarak tetapi tetap memanjangkan kenangan.

Imaji yang Kuat: Puisi ini menggunakan imaji atau gambaran yang kuat untuk menggambarkan perasaan dan situasi. Gambaran ibu yang "melambai pada kepulanganmu" dan "tersenyum melihat matahari bersinar di kepalamu" menghadirkan citra rasa kasih sayang dan kebanggaan seorang ibu terhadap anaknya.

Pesan tentang Kehidupan dan Pilihan: Pesan yang ingin disampaikan dalam puisi ini adalah tentang pentingnya menghormati dan menerima pilihan hidup seseorang, meskipun itu berarti berpisah dan menjalani jalan yang berbeda. Ibu dalam puisi ini menggambarkan sikap bijak dan penuh pengertian terhadap keputusan Malin Kundang, yang diakui sebagai haknya untuk membuat jejaknya sendiri.

Gaya Bahasa yang Emosional: Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang emosional untuk menggambarkan perasaan dan pemikiran ibu. Bahasa yang dipilih mengandung kedalaman emosi dan rasa cinta yang mendalam.

Puisi "Monolog Ibu Malin Kundang" menyajikan monolog dari ibu Malin Kundang yang menunjukkan perasaan tulus dan pengertian terhadap pilihan hidup anaknya. Melalui imaji yang kuat dan gaya bahasa yang emosional, puisi ini mencoba menggambarkan sikap bijak dan pengorbanan seorang ibu yang menerima nasib dan perjalanan anaknya dengan hati yang terbuka.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Monolog Ibu Malin Kundang
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.