Puisi: Angin Bulan Desember (Karya Alex R. Nainggolan)

Puisi "Angin Bulan Desember" karya Alex R. Nainggolan menciptakan gambaran tentang bulan Desember yang dingin dan melibatkan pembaca dalam ...
Angin Bulan Desember


angin bulan desember jatuh mendingin. menyimpan uap dingin, dengan tergesa melipat kalender. kota tumbuh dan menjadi onak. mengunci masa kanak-kanakmu. tak ada yang berubah, seperti juga puisi yang menangisi sepi sendiri. sebentar lagi, suara terompet menyeret semua masalalu. sejarah meneteskan lagi darah. entah untuk siapa.


2016

Analisis Puisi:
Puisi "Angin Bulan Desember" karya Alex R. Nainggolan menciptakan gambaran tentang bulan Desember yang dingin dan melibatkan pembaca dalam refleksi tentang perubahan dan masa lalu.

Angin Bulan Desember yang Mendingin: Puisi dibuka dengan deskripsi angin bulan Desember yang "jatuh mendingin." Angin menjadi metafora untuk perubahan, dan kehangatan yang hilang menciptakan nuansa nostalgia dan kesedihan.

Menyimpan Uap Dingin dan Melipat Kalender: Gambaran menyimpan uap dingin dan melipat kalender menunjukkan tindakan pengarsipan waktu. Ini mungkin mencerminkan upaya untuk merapikan dan merenungkan perjalanan waktu, seolah-olah angin Desember adalah penanda perubahan.

Kota yang Tumbuh dan Menjadi Onak: Perkembangan kota yang dijelaskan sebagai "tumbuh dan menjadi onak" menciptakan gambaran urbanisasi yang cepat dan kadang-kadang tidak terkendali. Puisi mungkin merenungkan dampak perubahan ini terhadap kehidupan dan identitas individu.

Mengunci Masa Kanak-kanakmu: Kata-kata "mengunci masa kanak-kanakmu" menyiratkan kehilangan kepolosan dan kebebasan yang melekat pada masa kecil. Puisi mungkin mengungkapkan kecemasan terhadap hilangnya kenangan dan kemurnian di tengah-tengah perubahan.

Tak Ada yang Berubah: Ungkapan "tak ada yang berubah" menyoroti rasa stagnasi atau kekekalan yang mungkin dirasakan di tengah perubahan eksternal yang cepat. Hal ini dapat menciptakan perasaan ketidaknyamanan atau kehilangan dalam menghadapi transformasi.

Puisi yang Menangisi Sepi Sendiri: Metafora puisi yang "menangisi sepi sendiri" memberikan dimensi emosional dan melukiskan kesedihan atau kerinduan yang mungkin dirasakan oleh penulis. Puisi sendiri menjadi entitas yang hidup, merasakan dan meratapi.

Suara Terompet yang Menyeret Semua Masa Lalu: Suara terompet yang "menyeret semua masa lalu" mungkin merujuk pada momen perayaan atau peristiwa yang memicu kembali kenangan masa lalu. Suara terompet menjadi simbol pembuka gerbang ingatan.

Sejarah yang Meneteskan Lagi Darah: Gambaran "sejarah meneteskan lagi darah" menciptakan citra dramatis dan mungkin merujuk pada konflik atau peristiwa bersejarah yang meninggalkan bekas pada masyarakat.

Entah untuk Siapa: Ungkapan "entah untuk siapa" menimbulkan pertanyaan dan kebingungan. Hal ini dapat menciptakan rasa ketidakpastian terhadap tujuan atau akibat dari perubahan yang terjadi.

Dengan merinci elemen-elemen tersebut, dapat disimpulkan bahwa "Angin Bulan Desember" menciptakan gambaran tentang perubahan, kerinduan akan masa lalu, dan kompleksitas emosi dalam menghadapi transformasi kota dan waktu. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak perubahan dan mengeksplorasi lapisan-lapisan emosi yang terkait dengan nostalgia dan ketidakpastian masa depan.

Puisi
Puisi: Angin Bulan Desember
Karya: Alex R. Nainggolan
© Sepenuhnya. All rights reserved.