Puisi: Kamar Tua (Karya S. Rukiah Kertapati)

Puisi "Kamar Tua" karya S. Rukiah Kertapati menggambarkan perasaan seseorang yang merenungkan tentang keadaan kamar tua dan pengalaman hidupnya.
Kamar Tua


Aku meraba dalam gelap
kamar sempit sudah tua
berbau apak
mata dua jadi buta
di mana titik sinar?

Gelap!
terus dan terus gelap
warna itu cuma satu
dan kamar menjadi ambruk
hancur ke bumi neraka nyata

Tapi biar
biar dan baik
kamar tua roboh hancur
sinar lunak tak berputar
dan merdu nyanyian lagu
mati tak terdengar lagi,

Biar
itu cuma bangunan buat-buatan
cuma suara tiru-tiruan
karena semua ini
mesti berganti.


Sumber: Pujangga Baru (April-Mei, 1948)

Analisis Puisi:
Puisi "Kamar Tua" karya S. Rukiah Kertapati adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan seorang individu yang merenungkan tentang keadaan kamar tua dan pengalaman hidupnya. Puisi ini mengandung berbagai elemen yang menarik dan makna mendalam.

Kesunyian dan Gelap: Puisi ini dibuka dengan gambaran tentang kesunyian dan gelap dalam kamar tua. Gelap di sini bisa diinterpretasikan sebagai simbol ketidakpastian, kesedihan, atau kebingungan dalam hidup.

Kamar Tua yang Rapuh: Penyair menggambarkan kamar tua yang sudah tua dan rapuh. Ini bisa mencerminkan perasaan yang merosot atau situasi yang tidak stabil dalam kehidupan individu tersebut.

Mata Buta: Penyair menyebutkan bahwa mata menjadi buta. Ini bisa menggambarkan kehilangan pandangan atau pemahaman yang benar tentang situasi atau kondisi hidupnya.

Cari Titik Sinar: Penyair mencari "titik sinar" dalam kegelapan. Hal ini dapat diartikan sebagai usaha individu untuk menemukan jalan keluar atau harapan di tengah-tengah kesulitan dan kebingungan.

Kamar yang Ambruk: Puisi ini menciptakan gambaran tentang kamar tua yang roboh dan hancur. Ini bisa menggambarkan perasaan kehancuran atau kegagalan dalam hidup.

Neraka Nyata: Menggunakan kata "neraka nyata" dalam puisi menciptakan kontras yang kuat. Ini bisa menggambarkan perasaan sengsara atau penderitaan yang nyata dalam kehidupan individu.

Perubahan dan Transformasi: Pada akhir puisi, terdapat elemen perubahan dan transformasi. Penyair menyatakan bahwa "semua ini mesti berganti." Ini bisa mencerminkan harapan atau keyakinan bahwa meskipun ada kesulitan dan kehancuran, perubahan bisa membawa perbaikan dan kemajuan.

Suara dan Nyanyian: Puisi ini menciptakan perasaan melalui penggunaan kata-kata dan gambaran visual. Meskipun dalam kondisi gelap dan hancur, ada kata-kata yang merujuk pada suara dan nyanyian yang merdu, mungkin sebagai simbol keindahan atau harapan yang masih ada.

Dengan menggunakan gambaran-gambaran yang kuat, puisi "Kamar Tua" menciptakan nuansa perasaan dan pemikiran yang mendalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perubahan, kehancuran, dan harapan dalam kehidupan individu. Kesunyian dan gelapnya kamar tua menjadi metafora untuk pengalaman hidup yang kadang-kadang penuh tantangan, tetapi diharapkan bisa menghasilkan transformasi positif.

S. Rukiah Kertapati
Puisi: Kamar Tua
Karya: S. Rukiah Kertapati

Biodata S. Rukiah Kertapati:
  • S. Rukiah lahir pada tanggal 25 April 1927 di Purwakarta.
  • S. Rukiah menikah dengan Sidik Kertapati pada tanggal 2 Februari 1952 di Purwakarta.
  • S. Rukiah meninggal dunia pada tanggal 6 Juni 1996 di Purwakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.