Puisi: Kita Berpisah (Karya Syahril Latif)

Puisi "Kita Berpisah" karya Syahril Latif menggambarkan momen perpisahan yang penuh emosi dalam konteks lingkungan perkampungan yang padat di Jakarta.
Gang Haji Abdul Jalil 39:
Kita Berpisah


Rumah-rumah petak di gang sempit
        desak mendesak dalam pengap Jakarta
Kini Oktober, mestinya musim hujan telah tiba
Tapi panas masih membakar gersang
Para pelawat duduk di kursi
        yang dijejerkan di sepanjang gang
Semakin sempit berdesak-desakan

Ketika keranda diangkat
        semua bangkit berdiri
Aroma cempaka dan melati
        hisap ratap tak terlarai
Di sini kita berpisah: Nurhayati
Tangisku yang sunyi, kusimpan sendiri


Sumber: Horison (Januari, 1979)

Analisis Puisi:
Puisi "Gang Haji Abdul Jalil 39: Kita Berpisah" karya Syahril Latif adalah karya yang singkat namun memadatkan banyak makna dan emosi.

Lokasi dan Latar Belakang: Puisi ini mengambil latar belakang di lingkungan perkampungan di Jakarta. Penyebutan "rumah-rumah petak di gang sempit" memberikan gambaran tempat yang padat dan sesak.

Kontras Musim: Puisi menggambarkan ketidaksesuaian antara waktu di mana puisi ini ditulis (Oktober) dengan musim hujan yang seharusnya telah tiba, tetapi panas dan kekeringan masih menggelayuti. Ini menciptakan gambaran kontras yang memperkuat tema puisi.

Kesesakan dan Antrean: Puisi menggambarkan suasana keramaian dan sesak, dengan kata-kata seperti "desak mendesak," "berdesak-desakan," dan "semakin sempit berdesak-desakan." Ini menciptakan gambaran keadaan yang tidak nyaman, mungkin mencerminkan keramaian dan kesesakan dalam upacara pemakaman.

Upacara Pemakaman: Puisi ini mencapai puncaknya ketika keranda dibawa keluar, dan semua orang bangkit berdiri. Upacara pemakaman menjadi fokus dari puisi ini dan menunjukkan momen penting dalam kehidupan manusia.

Aroma dan Emosi: Puisi menggambarkan aroma bunga seperti "cempaka dan melati," yang umumnya digunakan dalam upacara pemakaman di Indonesia. Aroma ini menciptakan suasana yang haru dan menguatkan emosi dalam puisi.

Pisahnya Orang Tersayang: Tema sentral puisi ini adalah perpisahan dengan seseorang yang sangat dicintai, dengan nama "Nurhayati." Penulis mengekspresikan rasa sakit perpisahan ini melalui kata-kata "Tangisku yang sunyi, kusimpan sendiri." Perasaan kehilangan dan kesedihan mendalam tercermin dalam kata-kata ini.

Puisi ini adalah sebuah karya yang menggambarkan momen perpisahan yang penuh emosi dalam konteks lingkungan perkampungan yang padat di Jakarta. Puisi ini menciptakan suasana yang bisa dirasakan oleh pembaca dan mengekspresikan rasa kehilangan yang mendalam.

Puisi
Puisi: Kita Berpisah
Karya: Syahril Latif

Biodata Syahril Latif:
  • Syahril Latif lahir pada tanggal 3 Juni 1940 di Silungkang, Sumatera Barat.
  • Syahril Latif meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 1998 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.