Puisi: Percakapan tentang Mati (Karya Isma Sawitri)

Puisi "Percakapan tentang Mati" menggambarkan kompleksitas perasaan, pikiran, dan pandangan tentang kematian. Melalui percakapan dan dialog yang ...
Percakapan tentang Mati


Hidup ini melesat, tapi bukan anak panah yang dihunjamkan
mati itu selesai, tapi bukan akhir dengan peluit panjang
antara banting tulang, berita perang dan gunjing ringan seharian
kita terhempas dan kita bercumbu
dan kita berkemas-kemas menyongsong ketidakpastian baru

***

+ Kalau saja manusia boleh memilih cara yang terbaik untuk mati
aku ingin mati seperti ayam sabungan, cepat dan tidak di atas ranjang
- maksudmu dengan darah di sekujur tubuh?
+ ya apa salahnya

***

Hidup adalah bagian terbaik dari mati
dan kau adalah bagian terbaik dari mimpi

***

Aku kira aku tahu, maut itu tegak di ambang pintu
aku kira aku mendengar, "denyut nadinya tinggal satu-satu"
lalu dalam sekejap semuanya lenyap dan gelap
tapi esok paginya ada matahari, ada koran pagi dan seujung
    nyaris yang tak pernah aku mengerti

***

Aku menyembah aku berlutut, dengan dua tangan bertangkup
gemetar aku berdoa, nekad tak ubahnya peminta-minta
jangan bawa dia, bisikku, jangan bawa
begitu semena-mena aku, begitu hina

***

Bila aku sakit, maukah kau mendoakan?
          — tanyamu kuyu di luar konteks selalu
aku mengangguk saja, menatap tak percaya
kalau aku mati, akankah kau kehilangan?
aku mengangguk sekali lagi, rasa takut menjalar di urat-urat nadi

***

Hari ini atau nanti, apa bedanya
mati katak atau mati raja, adalah semata permainan kata
bila saat itu tiba, kau berjanji akan menyerah sebaik-baiknya
dengan samudra dalam anganmu dan perahu yang tak pernah lepas dari tambatan-Nya


Sumber: Horison (September, 1988)

Analisis Puisi:
Puisi "Percakapan tentang Mati" karya Isma Sawitri adalah puisi yang penuh makna dan mendalam yang menjelaskan hubungan antara hidup dan kematian.

Perspektif Kehidupan dan Kematian: Puisi ini memulai percakapan dengan pernyataan tentang hidup sebagai sebuah proses yang bergerak cepat, namun kematian bukanlah akhir yang tegas. Ini mencerminkan cara hidup kita yang sibuk dengan berbagai aktivitas, tetapi menghadapi kematian dengan cara yang tidak terduga.

Dialog dan Konfrontasi: Melalui dialog antara dua atau lebih orang dalam puisi ini, pembaca disuguhkan dengan berbagai sudut pandang tentang kematian. Seperti dalam bagian percakapan tentang "cara terbaik untuk mati," puisi ini mengeksplorasi pandangan subjektif dan tak terduga tentang kematian.

Kontras antara Hidup dan Mati: Ada perbandingan yang kuat antara hidup dan mati dalam puisi ini. Misalnya, "Hidup adalah bagian terbaik dari mati" menunjukkan cara pandang yang tidak biasa tentang kedua hal tersebut.

Ketakutan dan Harapan: Puisi ini mengungkapkan rasa takut seseorang akan kematian dan cara mereka mencoba meredakan rasa takut itu. Ada ketakutan yang meresap namun juga harapan tentang apa yang mungkin terjadi setelah mati.

Penerimaan Kematian: Puisi ini menampilkan penerimaan terhadap kenyataan kematian. Pertanyaan tentang bagaimana seseorang menghadapi sakit dan akhirnya mati menunjukkan kesadaran akan kenyataan yang tidak terelakkan.

Simbolisme dan Pemahaman Spiritual: Puisi ini menggunakan simbolisme seperti "samudra dalam anganmu dan perahu yang tak pernah lepas dari tambatan-Nya" yang memberikan nuansa spiritual dan pemahaman yang lebih dalam tentang kematian.

Puisi "Percakapan tentang Mati" menggambarkan kompleksitas perasaan, pikiran, dan pandangan tentang kematian. Melalui percakapan dan dialog yang mendalam, puisi ini membawa pembaca untuk merenungkan lebih dalam tentang eksistensi dan konsep kematian dalam kehidupan manusia.

Isma Sawitri
Puisi: Percakapan tentang Mati
Karya: Isma Sawitri

Biodata Isma Sawitri:
  • Isma Sawitri lahir pada tanggal 21 November 1940 di Langsa, Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.