Puisi: Pidato Seorang Demonstran (Karya Mansur Samin)

Puisi "Pidato Seorang Demonstran" karya Mansur Samin menggambarkan suasana ketidakpuasan dan ketidaksetujuan terhadap pemerintahan serta ...
Pidato Seorang Demonstran

Mereka telah tembak teman kita
ketika mendobrak sekretariat negara
sekarang jelas bagi saudara
sampai mana kebenaran hukum di Indonesia

Ketika kesukaran tambah menjadi
para menteri sibuk ke luar negeri
tapi korupsi tetap meraja
sebab percaya keadaan berubah
rakyat diam saja

Ketika produksi negara kosong
para pemimpin asyik ngomong
tapi harga-harga terus menanjak
sebab percaya diatasi dengan mupakat
rakyat diam saja

Di masa gestok rakyat dibunuh
para menteri saling menuduh
kaum penjilat mulai beraksi
maka fitnah makin berjangkit
toh rakyat masih terus diam saja

Mereka diupah oleh jerih orang tua kita
tapi tak tahu cara terima kasih, bahkan memfitnah
Kita dituduh mendongkel wibawa kepala negara
apakah kita masih terus diam saja?

Sumber: Angkatan '66 (1968)

Analisis Puisi:
Puisi "Pidato Seorang Demonstran" karya Mansur Samin menggambarkan suasana ketidakpuasan dan ketidaksetujuan terhadap pemerintahan serta ketidakberdayaan rakyat dalam menghadapi berbagai persoalan di Indonesia.

Protes terhadap Kekerasan: Puisi dibuka dengan peristiwa penembakan teman demonstran saat mendobrak sekretariat negara. Ini mencerminkan ketidakpuasan terhadap tindakan keras pemerintah terhadap rakyat yang berprotes.

Kritik terhadap Pemimpin: Puisi mengkritik tingginya tingkat korupsi di pemerintahan dengan menyebutkan bahwa para menteri sibuk ke luar negeri sementara masalah di dalam negeri tidak terselesaikan.

Tidak Puas terhadap Keadaan: Penyair menyampaikan ketidakpuasan terhadap keadaan di mana meskipun para pemimpin berbicara tentang perubahan, harga-harga terus meningkat dan kebutuhan rakyat tidak terpenuhi.

Ketidakadilan dan Keprihatinan: Penyair menyoroti ketidakadilan dalam peristiwa gestok di mana rakyat dibunuh, sementara para pemimpin saling menuduh dan fitnah merebak. Ini menciptakan nuansa keprihatinan terhadap kondisi sosial dan politik yang tidak stabil.

Tidak Bersuara: Puisi menyoroti ketidakpartisipan rakyat dalam menghadapi masalah-masalah tersebut. Meskipun mengalami kesulitan, rakyat terus diam dan tidak menyuarakan protes.

Pertanyaan untuk Aksi: Puisi mengakhiri dengan pertanyaan retoris yang mengajak rakyat untuk bertindak. Penyair mengecam ketidakpedulian dan membangkitkan kesadaran akan tanggung jawab bersama untuk merespon dan memperbaiki keadaan.

Jerih Orang Tua yang Dikhianati: Penyair menyampaikan bahwa para demonstran diupah oleh jerih orang tua mereka, tetapi tindakan tidak bijak dari pihak pemerintah membuat rakyat merasa dikhianati.

Puisi ini bukan hanya sebuah kritik sosial terhadap pemerintah dan ketidakadilan, tetapi juga sebuah panggilan untuk tindakan dan partisipasi aktif dari rakyat dalam merubah keadaan. Dengan mengeksplorasi konflik dan ketidakpuasan, Mansur Samin membangkitkan semangat perlawanan dan keinginan untuk melihat perubahan positif dalam tatanan sosial dan politik.
Mansur Samin - Horison
Puisi: Pidato Seorang Demonstran
Karya: Mansur Samin

Biodata Mansur Samin:
  • Mansur Samin mempunyai nama lengkap Haji Mansur Samin Siregar;
  • Mansur Samin lahir di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara pada tanggal 29 April 1930;
  • Mansur Samin meninggal dunia di Jakarta, 31 Mei 2003;
  • Mansur Samin adalah anak keenam dari dua belas bersaudara dari pasangan Haji Muhammad Samin Siregar dan Hajjah Nurhayati Nasution;
  • Mansur Samin adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.