Puisi: Sungai (Karya Ediruslan PE Amanriza)

Puisi "Sungai" menciptakan citra sungai sebagai metafora dari kehidupan, dengan berbagai elemen dan peristiwa alam yang dihubungkan dengan ...
Sungai


yang hilir itukah surutmu yang sungsang itukah pasangmu
yang hanyut itukah nasibku
yang curam itukah tebingmu yang laju itukah arusmu
buih itukah aku
yang dalam itukah telukmu
semayup panjang tanjungmu
hilang di sana
jejakku


Sumber: Surat-Suratku kepada GN (1983)

Analisis Puisi:
Puisi "Sungai" menciptakan citra sungai sebagai metafora dari kehidupan, dengan berbagai elemen dan peristiwa alam yang dihubungkan dengan pengalaman manusia.

Sungai sebagai Metafora Hidup: Sungai dalam puisi ini dijadikan simbol kehidupan, menggambarkan aliran waktu dan perjalanan hidup. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengarahkan pemikiran pada takdir, nasib, dan perubahan yang tak terelakkan.

Kontras Antara Hilir dan Hulur: Dalam pertanyaan "yang hilir itukah surutmu yang sungsang itukah pasangmu," terdapat kontras antara hilir (arus air menuju laut) dan hulur (arus air dari laut ke sungai). Kontras ini mewakili siklus hidup yang terus bergerak, seperti pasang-surut kehidupan.

Pertanyaan-Pertanyaan Filosofis: Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan menciptakan nuansa filosofis, membawa pembaca untuk merenung tentang eksistensi, perubahan, dan arus kehidupan. Sungai sebagai simbolik keberadaan manusia yang melewati berbagai fase dalam hidupnya.

Metafora Identitas Tersembunyi: Dalam "buih itukah aku yang dalam itukah telukmu," puisi menggambarkan keberadaan manusia yang mungkin tersembunyi di balik penampilan atau citra luar. Identitas yang kompleks dan dalam, seperti halnya sungai yang memiliki lapisan-lapisan air yang berbeda.

Semayup dan Tanjung: Kata "semayup" dan "tanjung" menciptakan gambaran alam yang indah, merujuk pada keindahan alam yang seiring dengan perjalanan sungai. Namun, "hilang di sana jejakku" menunjukkan bahwa manusia mungkin bisa terhilang atau terlupakan dalam rentetan waktu.

Puisi ini merangsang pemikiran dan refleksi tentang perjalanan hidup, takdir, dan kompleksitas identitas manusia. Ediruslan PE Amanriza dengan cermat menggunakan elemen alam sebagai perangkat untuk menyampaikan makna yang mendalam dan meresap.

Ediruslan PE Amanriza
Puisi: Sungai
Karya: Ediruslan PE Amanriza

Biodata Ediruslan PE Amanriza:
  • Ediruslan PE Amanriza lahir pada tanggal 17 Agustus 1947 di  Bagan-siapiapi, Riau.
  • Ediruslan PE Amanriza meninggal dunia pada tanggal tanggal 3 Oktober 2001.
  • Ediruslan PE Amanriza adalah salah satu penulis puisi, cerita pendek, novel, dan esai sastra.
© Sepenuhnya. All rights reserved.