Sunyi Terbakar dalam Kenangan
Sunyi menjemputku berabad-abad yang lalu: Tak kuingat lagi
tempat itu, kecuali kenangan airmatamu
yang menari. Perjalanan tanpa akhir ini, memaksaku
membangun berbagai rumah dalam ingatan, berbagai tujuan
tempatku kelak kembali. Namun wajahmu samar sudah: Aku
setetes embun pada kelopak mawarmu
yang abadi. Kutanggalkan seluruh sejarah
dalam diriku. Aku bukan siapapun di dalam cahaya
sembilan puluh sembilan nama cinta. Kenangan airmatamu
yang menari perlahan tumbuh menjadi sejarah
yang lain. Di sebuah tempat ketika waktu berhenti,
sunyi terbakar dalam batinku.
1994
Puisi: Sunyi Terbakar dalam Kenangan
Karya: Cecep Syamsul Hari