Puisi: Di Depan-Mu Aku Sirna Mendebu (Karya Budiman S. Hartoyo)

Puisi "Di Depan-Mu Aku Sirna Mendebu" menggambarkan penerimaan dan pengabdian manusia terhadap kehadiran ilahi. Dalam kelembutan dan keheningan, ...
Di Depan-Mu Aku Sirna Mendebu


Di depan-Mu aku sirna mendebu
Engkaulah segalanya
kekekalan sempurna
Di mata-Mu semesta lenyap mengabu
Engkaulah yang abadi
serba dan maha

Semua berasal dari pribadi-Mu
sumber segala apa pun
Semua kembali ke dalam ruh-Mu
inti hakikat maha anggun

Kediamanku adalah kediaman-Mu
Itulah puisi
Keasyikan yang lena terlupa
lelap dalam kantuk nikmat

Di depan-Mu aku sirna mendebu
Berlaksa mimpi
berlaksa puisi
Diam bertabur hikmah

Di depan-Mu aku sirna mendebu
Tiada apa pun
tiada kata
tiada suara
tiada rahasia

Engkau sendiri
aku sendiri


1969

Sumber: Sebelum Tidur (1977)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Depan-Mu Aku Sirna Mendebu" menciptakan gambaran yang intens dan mendalam tentang kehadiran ilahi serta hubungan yang akrab antara manusia dengan Sang Pencipta.

Kekekalan dan Kekuasaan Tuhan: Puisi ini menggambarkan Tuhan sebagai kekekalan yang sempurna dan maha kuasa. Penyair menekankan bahwa segalanya berasal dari Tuhan dan kembali ke dalam-Nya. Keabadian dan keagungan-Nya menjadi tema sentral yang mendominasi puisi.

Pengabdian dan Ketergantungan Manusia: Penggunaan kata "Di depan-Mu aku sirna mendebu" menyiratkan perasaan rendah diri dan ketergantungan manusia terhadap Tuhan. Manusia dihadapkan dengan realitas bahwa kehidupannya tidak lebih dari debu di hadapan Tuhan, dan dalam pengabdian, mereka mencari arti dan makna.

Puisi sebagai Wujud Kekaguman dan Keasyikan: Penyair menyatakan bahwa puisi adalah "keasyikan yang lena terlupa." Puisi menjadi ekspresi kekaguman dan keasyikan terhadap kehadiran Tuhan. Melalui kata-kata, penyair berusaha menciptakan gambaran keelokan dan kemahakuasaan Sang Pencipta.

Kediaman dan Kembali ke Ruh Tuhan: Puisi menyatakan bahwa kediaman manusia adalah kediaman Tuhan, dan segala sesuatu berasal dari-Nya. Konsep ini menekankan keterhubungan erat antara penciptaan dan Sang Pencipta, di mana manusia kembali ke hakikat ilahi mereka.

Keheningan sebagai Ungkapan Hikmah: Dalam kehadiran Tuhan, puisi menggambarkan diam yang "bertabur hikmah." Hening bukanlah kekosongan, melainkan suatu wujud kebijaksanaan dan kehadiran yang penuh makna.

Kesendirian dan Kebersamaan dengan Tuhan: Puisi mengekspresikan kesendirian yang penuh dengan kebersamaan. Meskipun "Engkau sendiri, aku sendiri," namun hubungan dengan Tuhan tetap terasa, menciptakan perasaan keselarasan dan keterhubungan.

Puisi "Di Depan-Mu Aku Sirna Mendebu" menggambarkan penerimaan dan pengabdian manusia terhadap kehadiran ilahi. Dalam kelembutan dan keheningan, penyair menciptakan suasana yang memuliakan Tuhan dan mengajak pembaca merenung tentang ketergantungan manusia pada Sang Pencipta.

Puisi Budiman S. Hartoyo
Puisi: Di Depan-Mu Aku Sirna Mendebu
Karya: Budiman S. Hartoyo

Biodata Budiman S. Hartoyo:
  • Budiman S. Hartoyo lahir pada tanggal 5 Desember 1938 di Solo.
  • Budiman S. Hartoyo meninggal dunia pada tanggal 11 Maret 2010.
  • Budiman S. Hartoyo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.