Puisi: Anak Kecil di Tengah Lautan (Karya Dodong Djiwapradja)

Puisi Anak Kecil di Tengah Lautan menggambarkan ketidaktahuan dan ketakutan manusia dewasa, sementara keberanian dan keanggunan seorang anak kecil ...
Anak Kecil di Tengah Lautan

Kita tidak pernah belajar
bagaimana para nelayan berlayar.

Ketika ombak datang
didorongnya ke muka
perahu kecil yang terbuka

Kita pun tidak berani mengeringkan tubuh
di tengah lautan
menantang angin
mengelantang diri
di terik matahari

Ah betapa malunya!

Hati kita ciut
ketika perahu oleng
kitalah orang-orang cengeng

Dan betapa malunya
ketika terlihat seorang anak kecil
sendirian dalam perahu
sementara orang-orang dewasa
terjun
merentang jaring

Dan betapa malunya
ketika punggung-punggung ombak mengangkat perahu
sementara si anak duduk anggun
bagai kupu-kupu dalam kebun.

Ombak-ombak
tunduk dan jinak
bagai kerbau dungu
yang di punggungnya
duduk penggembalanya:

seorang anak kecil
dengan cambuknya yang mungil

Kita tidak pernah belajar
tentang keberanian.
padahal seorang anak kecil
duduk sendirian

dalam perahu

di tengah lautan.
Cijulang, Januari 1973

Sumber: Budaya Jaya (Januari, 1973)

Analisis Puisi:
"Anak Kecil di Tengah Lautan" adalah sebuah puisi karya Dodong Djiwapradja. Puisi ini menggambarkan ketidaktahuan dan ketakutan manusia dewasa, sementara keberanian dan keanggunan seorang anak kecil dihadapkan pada tantangan di tengah lautan. Melalui bahasa yang sederhana, puisi ini menyoroti keberanian yang mungkin sering dilupakan oleh orang dewasa.

Tema Keberanian dan Ketidaktahuan: Puisi ini mengeksplorasi tema keberanian dan ketidaktahuan. Para nelayan berlayar di tengah laut tanpa pernah belajar bagaimana melakukannya, sementara anak kecil duduk sendirian dalam perahu di tengah lautan tanpa rasa takut. Hal ini menunjukkan bahwa keberanian bukanlah tentang pengetahuan yang mendalam, tetapi tentang ketegasan dan keyakinan diri.

Ketakutan Orang Dewasa: Puisi ini mencerminkan ketakutan dan kecengengan orang dewasa ketika menghadapi tantangan alam, seperti ombak yang datang dan perahu yang oleng. Mereka dianggap sebagai orang-orang yang cengeng karena ketidakberanian mereka dalam menghadapi situasi yang sulit.

Keanggunan Anak Kecil: Sementara orang dewasa cemas dan cengeng, anak kecil duduk dengan anggun di dalam perahu yang diguncang ombak seperti kupu-kupu dalam kebun. Anak kecil ini menunjukkan keberanian tanpa kesombongan dan keteguhan hati tanpa rasa takut. Gambaran ini menggambarkan keanggunan dan ketenangan jiwa seorang anak yang belum dipenuhi oleh kekhawatiran orang dewasa.

Ketidakadilan dalam Pandangan Orang Dewasa: Puisi ini menyentuh tentang ketidakadilan dalam pandangan orang dewasa terhadap keberanian anak kecil. Ketika anak kecil yang sendirian dalam perahu di tengah lautan, orang-orang dewasa terjun dan merentangkan jaring. Mereka tampak meremehkan keberanian anak kecil, seolah-olah tidak memahami bahwa keberanian tersebut mungkin lebih hebat dari apa yang mereka kira.

Perumpamaan Alam: Puisi ini menggunakan perumpamaan alam seperti ombak yang tunduk dan jinak seperti kerbau dungu, dan anak kecil dengan cambuknya yang mungil seperti penggembala. Perumpamaan ini menghadirkan gambaran harmoni dan keseimbangan antara manusia dan alam, serta menggambarkan bahwa keberanian dapat ditemukan dalam sederhana.

Puisi "Anak Kecil di Tengah Lautan" karya Dodong Djiwapradja adalah sebuah karya yang mengajak pembaca untuk merenung tentang keberanian dan ketidaktahuan manusia dewasa, serta keanggunan dan ketenangan jiwa seorang anak kecil. Melalui perumpamaan alam dan bahasa sederhana, puisi ini memberikan pesan tentang pentingnya keberanian tanpa ketakutan, bahkan dalam situasi yang sulit. Puisi ini menunjukkan betapa luar biasanya keberanian sederhana dan bagaimana kita sebagai manusia dewasa dapat belajar dari keanggunan jiwa seorang anak kecil.

Puisi
Puisi: Anak Kecil di Tengah Lautan
Karya: Dodong Djiwapradja
    Biodata Dodong Djiwapradja:
    • Dodong Djiwapradja lahir di Banyuresmi, Garut, Jawa Barat, pada tanggal 25 September 1928.
    • Dodong Djiwapradja meninggal dunia pada tanggal 23 Juli 2009.
    © Sepenuhnya. All rights reserved.