Puisi: Bulan (Karya Dodong Djiwapradja)

Puisi "Bulan" karya Dodong Djiwapradja adalah sebuah potret singkat tentang kehampaan dan kerinduan yang terpendam di dalamnya. Dalam beberapa ...
Bulan

Bulan empat belas di balik pohon melinjo
Di bangku duduklah dia si tua jompo

Pada malam begini mestinya ada gadis
Rambutnya terurai di bilangan pelipis
Sayang!

Kutengok poci
Kopi tadi pagi

Sudah basi

1960

Sumber: Apresiasi Sastra (Elmatera, 2014)

Analisis Puisi:

Puisi "Bulan" karya Dodong Djiwapradja adalah sebuah potret singkat tentang kehampaan dan kerinduan yang terpendam di dalamnya. Dalam beberapa baris, Djiwapradja mampu mengekspresikan sebuah suasana malam yang sepi, di mana kehadiran bulan menjadi saksi dari kesendirian seorang tua jompo yang merindukan kehadiran seseorang.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari delapan baris pendek yang terbagi dalam empat bait. Strukturnya sederhana, namun mampu menggambarkan suasana malam dan perasaan kesepian yang terasa kuat. Bahasa yang digunakan juga sederhana, tanpa banyak hiasan, tetapi mampu menyampaikan pesan dengan jelas.

Analisis Tematik

  1. Kesendirian dan Kerinduan: Puisi ini mengeksplorasi tema kesendirian dan kerinduan. Djiwapradja menciptakan gambaran tentang seorang tua jompo yang duduk sendirian di bangku pada malam yang sunyi. Kehadiran bulan sebagai pemandangan malam yang indah hanya menambah intensitas kesepian yang dirasakan oleh tokoh tersebut.
  2. Kehampaan dan Kehilangan: Dalam puisi ini, ada nuansa kehampaan yang terasa kuat. Meskipun bulan bersinar terang di langit, kehadirannya tidak mampu mengisi kekosongan yang dirasakan oleh si tua jompo. Kerinduan akan kehadiran seorang gadis, yang mungkin pernah ada di masa lalu, menambah lapisan kehampaan dan kehilangan.

Simbolisme dan Imaji

  1. Bulan: Bulan dalam puisi ini menjadi simbol dari keindahan alam yang sering kali dihubungkan dengan romantisme dan kehangatan. Namun, dalam konteks puisi ini, bulan juga menjadi saksi dari kesendirian dan kerinduan yang dirasakan oleh si tua jompo. Keberadaannya tidak mampu mengobati perasaan kesepian yang dirasakan oleh tokoh tersebut.
  2. Poci dan Kopi: Poci dan kopi yang disebutkan pada akhir puisi mungkin merupakan simbol dari rutinitas dan kenangan yang terus berlanjut meskipun kehadiran seseorang yang dicintai telah tiada. Poci dan kopi yang sudah basi mencerminkan kesedihan dan kehilangan yang terus dirasakan oleh si tua jompo.

Pesan dan Makna

Puisi ini menyampaikan pesan tentang kesepian, kerinduan, dan kehampaan yang sering kali dialami oleh manusia di masa tua. Melalui gambaran tentang seorang tua jompo yang duduk sendirian di bawah bulan, Djiwapradja mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kesendirian dan kerinduan dalam kehidupan manusia.

Puisi "Bulan" karya Dodong Djiwapradja adalah sebuah karya yang sederhana namun menggugah. Dengan menggunakan bahasa yang ringkas dan imajinatif, Djiwapradja mampu menggambarkan perasaan kesendirian dan kerinduan yang mendalam. Melalui gambaran tentang seorang tua jompo yang merindukan kehadiran seseorang di malam yang sunyi, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kehadiran dan kehilangan dalam kehidupan manusia.

Dodong Djiwapradja
Puisi: Bulan
Karya: Dodong Djiwapradja
    Biodata Dodong Djiwapradja:
    • Dodong Djiwapradja lahir di Banyuresmi, Garut, Jawa Barat, pada tanggal 25 September 1928.
    • Dodong Djiwapradja meninggal dunia pada tanggal 23 Juli 2009.
    © Sepenuhnya. All rights reserved.