Puisi: Di Masjid Kualalumpur, Sebelum Jum'at (Karya Budiman S. Hartoyo)

Puisi "Di Masjid Kualalumpur, Sebelum Jum'at" merangkul elemen-elemen spiritual dan ritual untuk menciptakan pengalaman batin yang mendalam.
Di Masjid Kualalumpur, Sebelum Jum'at


... siapa menggangu i'tikafku ketika engkau termangu di ambang pintu ke mana mengalir sisa air wudhu yang menetes dari dagumu ketika engkau melangkah ragu mengapa engkau terisak ketika surah ar-rahman tersendak di tenggorokanku siapa mengamini berkali-kali ketika kaubisikkan lafaz terakhir doa sujud sahwi lantaran lupa menangkap isyarat mataku bayang siapa berkelebat di lantai berkilat ketika aku membungkuk ruku di atas sajadah permadanimu tergugah engkau dari kantuk siang ketika aku berzikir dalam gumam tertunduk aku di bawah tiang ketika engkau menghilang lalu menyeru azan panjang terengah engkau ketika aku melepas rindu tergagap aku ketika engkau mendekapku siapa Engkau siapa Aku...?


Sumber: Sebelum Tidur (1977)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Masjid Kualalumpur, Sebelum Jum'at" karya Budiman S. Hartoyo menghadirkan suatu pengalaman puitis yang melibatkan elemen-elemen spiritual dan ritual keagamaan.

Lokasi dan Setting: Puisi ini diletakkan di Masjid Kualalumpur sebelum salat Jum'at. Setting masjid memberikan nuansa sakral dan spiritual, menjadi tempat yang penuh makna dan kekhusukan dalam praktik ibadah.

Ketidakpastian dan Keterhubungan: Puisi ini menyuguhkan serangkaian pertanyaan yang menciptakan atmosfer ketidakpastian. Pertanyaan-pertanyaan ini, yang banyak menggunakan kata tanya "siapa," menciptakan kebingungan dan menggambarkan keterhubungan antara pelaku dan Tuhan.

Tema Kesadaran Spiritual: Puisi ini menciptakan kesadaran spiritual melalui deskripsi-detil ritual ibadah, seperti i'tikaf, air wudhu, rukun salat, dan zikir. Pelaku dan Tuhan (yang diwakili oleh "siapa") saling terhubung melalui kegiatan-kegiatan ibadah tersebut.

Kesendirian dan Kehadiran Tuhan: Penggunaan kata-kata seperti "termangu," "terisak," dan "terengah" menciptakan gambaran kesendirian dan kerapuhan manusia di hadapan Tuhan. Puisi ini menyiratkan kehadiran Tuhan yang peka terhadap setiap detil dan perasaan pelaku.

Dialog Batin dan Ritual Salat: Puisi ini menggambarkan suatu dialog batin antara pelaku dan Tuhan selama proses ritual salat. Kata-kata seperti "melangkah ragu," "tersendak," dan "tergugah" menciptakan gambaran perasaan pelaku selama beribadah.

Pertanyaan Identitas: Puisi ini mencapai puncaknya dengan pertanyaan identitas, "siapa Engkau, siapa Aku?" Pertanyaan ini mencerminkan pencarian makna keberadaan dan identitas diri di tengah-tengah ibadah.

Bahasa Puitis dan ImajiBudiman S. Hartoyo menggunakan bahasa yang puitis dan imaji yang kuat untuk menyampaikan pengalaman spiritual. Kata-kata seperti "saat berzikir dalam gumam tertunduk," dan "aku di bawah tiang" menciptakan citra yang mendalam.

Kesimpulan yang Terbuka: Puisi ini tidak memberikan jawaban langsung terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, meninggalkan makna terbuka untuk ditafsirkan oleh pembaca. Ini menciptakan suatu ruang refleksi dan kontemplasi yang mendalam.

Puisi "Di Masjid Kualalumpur, Sebelum Jum'at" merangkul elemen-elemen spiritual dan ritual untuk menciptakan pengalaman batin yang mendalam. Melalui pertanyaan-pertanyaan dan deskripsi ritus-ritus keagamaan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan pencarian makna dalam ibadah.

Puisi Budiman S. Hartoyo
Puisi: Di Masjid Kualalumpur, Sebelum Jum'at
Karya: Budiman S. Hartoyo

Biodata Budiman S. Hartoyo:
  • Budiman S. Hartoyo lahir pada tanggal 5 Desember 1938 di Solo.
  • Budiman S. Hartoyo meninggal dunia pada tanggal 11 Maret 2010.
  • Budiman S. Hartoyo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.