Puisi: Doa Sebelum Tidur (Karya Budiman S. Hartoyo)

Puisi "Doa Sebelum Tidur" mengajak pembaca untuk merenungkan kembali hubungan spiritual mereka dan meningkatkan kesadaran akan kehidupan sehari ...
Doa Sebelum Tidur

Maafkan saya, Tuhan
baru kali ini sempat mengingat-Mu
Maafkan saya, Tuhan
mungkin besok aku lupa lagi

Aku akan tidur
mungkin beberapa jam saja
Kini terserah pada-Mu
nasibku terlena di pangkuan-Mu

Aku tak biasa
berdoa panjang-panjang
Hanya kuminta
tolong damaikan dunia
selama aku lelap tidur dan terlupa

Aku tahu Engkau takkan tidur
dan tak kunjung lupa
Oleh karena itu
sebelum tidur kuminta pada-Mu
apa saja yang baik
untukku
dan untuk siapa saja

(Ah, barangkali Kau tertawa
Tapi betapa pun
maafkan daku)

1967

Sumber: Sebelum Tidur (1977)

Analisis Puisi:
Puisi "Doa Sebelum Tidur" karya Budiman S. Hartoyo adalah sebuah ungkapan yang intim dan jujur tentang hubungan antara individu dengan Tuhan. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini merangkai doa-doa yang bersifat personal.

Kesederhanaan dan Kejujuran: Puisi ini mencirikan kesederhanaan dan kejujuran dalam merangkai kata-kata. Penyair dengan tulus mengungkapkan ketidakbiasaannya dalam berdoa panjang-panjang, mencerminkan kejujurannya tentang keterbatasannya. Ungkapan ini menciptakan keintiman dengan pembaca, membuatnya lebih mudah diterima dan dirasakan.

Dialog Langsung dengan Tuhan: Puisi ini membangun suasana dialog langsung dengan Tuhan. Melalui penggunaan kata-kata seperti "Maafkan saya, Tuhan" dan "Kini terserah pada-Mu," penyair menunjukkan hubungan yang dekat dan personal dengan Sang Pencipta. Dialog ini menciptakan nuansa kehangatan dan keakraban dalam hubungan spiritual.

Ketidaksempurnaan Manusia: Penyair dengan jujur mengakui ketidaksempurnaan manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ungkapan "baru kali ini sempat mengingat-Mu" dan "mungkin besok aku lupa lagi" mencerminkan realitas manusia yang kadang-kadang terlupakan dalam kesibukan dan rutinitasnya.

Kesadaran Akan Ketergantungan pada Tuhan: Dalam pengakuan bahwa "Aku tak biasa berdoa panjang-panjang," penyair menyadari ketergantungannya pada Tuhan. Doa yang sederhana namun tulus mencerminkan keinginan untuk berserah diri dan bergantung sepenuhnya pada Tuhan, terutama sebelum tidur, momen ketika individu merasa paling rentan.

Keinginan untuk Kebaikan Bersama: Melalui ungkapan "sebelum tidur kuminta pada-Mu apa saja yang baik untukku dan untuk siapa saja," puisi ini menciptakan kesan bahwa doa bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kebaikan bersama. Hal ini mencerminkan sikap altruistik dan kesadaran akan peran diri dalam masyarakat.

Penutup dengan Sentuhan Humor: Penutup puisi yang mengandung sentuhan humor, "Ah, barangkali Kau tertawa, Tapi betapa pun maafkan daku," memberikan nuansa kehangatan dan ringan. Sentuhan humor ini menciptakan keseimbangan antara kerendahan hati dan keakraban dalam berbicara dengan Tuhan.

Puisi "Doa Sebelum Tidur" adalah puisi yang sederhana namun sarat dengan makna mendalam. Dengan menggambarkan dialog intim antara individu dan Tuhan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali hubungan spiritual mereka dan meningkatkan kesadaran akan kehidupan sehari-hari yang seringkali terlupakan.

Puisi Budiman S. Hartoyo
Puisi: Doa Sebelum Tidur
Karya: Budiman S. Hartoyo

Biodata Budiman S. Hartoyo:
  • Budiman S. Hartoyo lahir pada tanggal 5 Desember 1938 di Solo.
  • Budiman S. Hartoyo meninggal dunia pada tanggal 11 Maret 2010.
  • Budiman S. Hartoyo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.