Puisi: Kupang, di Sebuah Pantai (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Kupang, di Sebuah Pantai" karya Slamet Sukirnanto adalah penggambaran tentang suasana pantai di Kupang yang menarik perhatian pembaca untuk ...
Kupang: Di Sebuah Pantai


Berjajar pohon kelapa
Pokok rumbia menguak kemarau yang terik
Ngungun: meneyepi pantai
Menunggu biduk tak kunjung sampai!

Pelabuhan alit mengungkung siang
Selam-berselam ikan-ikan berkejaran
Laut dalam membening cerlang
Hanya sehasta dari jarak kaki.

Lalu angin beringsut dari tenggara
Menyentuh keras pulau dan samodera
Aku sadar: betapa palsunya cinta
Kering pasir di hati. Memijak ketandusan bumi.


Kupang, Akhir 1969

Sumber: Luka Bunga (1991)

Analisis Puisi:
Puisi "Kupang, di Sebuah Pantai" karya Slamet Sukirnanto adalah penggambaran tentang suasana pantai di Kupang yang menarik perhatian pembaca untuk merenungkan tentang keindahan alam, harapan yang tak kunjung datang, serta ketandusan emosi.

Pemandangan di Pantai Kupang: Puisi ini membawa pembaca ke pantai Kupang dengan gambaran alam yang indah dan khas di sana. Pohon kelapa dan pokok rumbia berjajar, menciptakan pemandangan yang menenangkan dan menyejukkan. Pantai yang cerah dan terik, serta laut yang tenang, memberikan gambaran tentang keindahan alam dan suasana santai di pantai ini.

Antara Harapan dan Kekalahan: Penggunaan kata-kata seperti "menunggu biduk tak kunjung sampai" menyoroti harapan yang tak kunjung terwujud. Pantai ini adalah tempat yang strategis dan penting, sebagai pelabuhan alit, namun biduk yang ditunggu tak kunjung tiba, mungkin menggambarkan harapan dan impian yang tak pernah terwujud. Ada perasaan ketidakpastian dan kekecewaan dalam menunggu sesuatu yang tak kunjung datang.

Ketandusan Emosi: Puisi ini juga mengekspresikan perasaan emosional yang seolah kering dan tandus, seperti "kering pasir di hati" dan "memijak ketandusan bumi." Ini menunjukkan bahwa suasana hati penyair sedang dilanda kesedihan, kehampaan, atau kekecewaan. Pantai yang seharusnya menjadi tempat penyegaran dan kedamaian justru menjadi refleksi dari ketandusan emosi dan perasaan yang tak terpenuhi.

Bahasa dan Irama: Puisi ini ditulis dengan bahasa yang sederhana dan indah, menciptakan suasana yang tenang dan reflektif. Penggunaan aliterasi dan asonansi seperti "pokok rumbia menguak kemarau" dan "selam-berselam ikan-ikan berkejaran" memberikan irama yang mengalir dan harmonis, mencerminkan suasana pantai yang menenangkan.

Puisi "Kupang, di Sebuah Pantai" karya Slamet Sukirnanto adalah puisi yang menghadirkan gambaran tentang keindahan alam dan ketenangan pantai Kupang. Namun, melalui kata-kata yang dipilih, penyair juga menyampaikan perasaan harapan yang tak terwujud dan ketandusan emosi yang menyertainya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti harapan, ketandusan emosi, dan bagaimana alam dapat mencerminkan perasaan manusia.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Kupang, di Sebuah Pantai
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.