Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Nenekku (Karya Upita Agustine)

Puisi "Nenekku" karya Upita Agustine menggambarkan perasaan dan ingatan tentang seorang nenek, yang mungkin sudah meninggal.
Nenekku

Yang berdiri di bawah bayang
Nyiur kelapa gading
Ketika langit senja terobek
Bibirnya menggetar
Terbang burung gagak sekawan
Melintasi bianglala
Senandung perempuan renta
Nenekku

Sungai di mana
Jalan di mana
Rumah di mana
Tanah di mana

Kusemaikan benih kehidupan
Kupetik dari pohon
Nenekku

Kuburmu di mana
Terkubur kuburku
Nenekku

Sungai beku
Jalan melingkar
Rumah tua lapuk
Tanah kering
Benih-benih hampa
Nenekku
Kutemui tanpa bayang
Senja yang rapuh

Di mana

Kayutanam, Februari 1976

Sumber: Proses Kreatif Jilid 4 (2009)

Analisis Puisi:
Puisi "Nenekku" karya Upita Agustine adalah karya yang menggambarkan perasaan dan ingatan tentang seorang nenek, yang mungkin sudah meninggal. Puisi ini menggambarkan hubungan yang dalam antara penulis dan neneknya, serta bagaimana nenek memiliki tempat penting dalam ingatan dan perasaan penulis.

Kehadiran Nenek dalam Ingatan: Puisi ini dimulai dengan gambaran tentang seorang nenek yang berdiri di bawah bayang-bayang pohon kelapa gading. Ini adalah gambaran tentang nenek yang memiliki kedalaman dan kebijaksanaan. Penulis merasa terhubung dengan neneknya, bahkan jika ia mungkin sudah tidak ada.

Perasaan tentang Nenek: Dalam puisi ini, penulis menggambarkan perasaannya ketika langit senja terobek. Bibir neneknya menggetar, dan ini menggambarkan kepekaan dan kerentanannya. Kehadiran burung gagak dan bianglala menciptakan gambaran yang kuat tentang momen yang emosional.

Pertanyaan Identitas dan Kepemilikan Tanah: Puisi ini menciptakan pertanyaan tentang identitas dan kepemilikan tanah. Ada pertanyaan yang diajukan tentang "Sungai di mana, Jalan di mana, Rumah di mana, Tanah di mana." Ini mungkin mencerminkan bagaimana penulis mencari akar dan identitasnya.

Hubungan dengan Alam dan Kehidupan: Puisi ini menunjukkan bagaimana nenek memengaruhi penulis dalam hal melihat alam dan kehidupan. Nenek mengajarkan penulis tentang benih kehidupan dan pentingnya alam.

Kematian dan Perpisahan: Dalam bait terakhir, puisi ini menciptakan perasaan perpisahan dengan gambaran "Kutemui tanpa bayang, Senja yang rapuh." Ini menggambarkan bagaimana penulis mengenang neneknya yang mungkin telah meninggal. Ada perasaan kehilangan dan kerinduan dalam puisi ini.

Puisi "Nenekku" adalah penghormatan terhadap seorang nenek yang memiliki pengaruh besar pada penulis. Puisi ini menciptakan gambaran tentang hubungan yang dalam dan kebijaksanaan yang diteruskan dari generasi ke generasi. Puisi ini juga menciptakan pertanyaan tentang identitas, kepemilikan tanah, dan kematian, yang semuanya merangkum perasaan yang mendalam yang dimiliki penulis terhadap neneknya.

Upita Agustine
Puisi: Nenekku
Karya: Upita Agustine

Biodata Upita Agustine:
  • Prof. Dr. Ir. Raudha Thaib, M.P., (nama lengkap Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib atau nama pena Upita Agustine) lahir pada tanggal 31 Agustus 1947 di Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.